Organisasi bal-balan nasional bernama PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) kini sedang dilanda perpecahan, carut-marut...SAKIT! Kalau ada yang gak setuju sama statement ini, itu hak masing-masing. Sakitnya organisasi ini bak virus menular dari pusat ke daerah-daerah dan tentu saja menular juga ke salah satu soko guru pembangunan industri bal-balan nasional: KOMPETISI juga sedang SAKIT!
Akar masalah terjadinya sakit ini udah banyak dianalisa, diungkap, dibahas bahkan didebatkan baik debat pilot maupun debat kusir! Mari kita gunakan kesalahan-kesalahan masa lalu sebagai bahan evaluasi dan refleksi, bukan digunakan sebagai peluru untuk saling menyerang satu sama lain.
Kenyataannya, saat ini udah dibuka sebuah pintu masuk menuju impian masa depan industri bal-balan nasional, MOU dengan JC-nya...tapi lagi-lagi, pengusus PSSI, petinggi KPSI dan para anggota JC masih aja membawa habit lama dalam menyikapi masalah ini, bukannya mulai ber-refleksi untuk mengkreasi hal-hal baru guna mendorong percepatan kinerja JC...APA YANG SALAH?
Roh Organisasi
Rekan kompasioner Manly Villa getol mempromosikan filosofi 'sapu lidi' untuk organisasi PSSI, gw sangat setuju banget lah. Supaya organisasi ini bisa sembuh dari sakit, melanjutkan hidup bahkan menjadi lebih hidup, rasanya harus dihembuskan sebuah roh. Ya ini pasti tidak orisinil, tapi gw menawarkan sebuah spirit organisasi bwat PSSI agar menjadi organisasi bal-balan nasional yang satu, solid dan berkualitas dan tentu saja menjadi hidup: "ONE HEART - EQUAL - WORK AS A TEAM" atau terjemahan bebasnya "SEHATI - SETARA - BEKERJA SEBAGAI SEBUAH TIM"...
ONE HEART (SEHATI), sebuah kualitas bangunan relasi di antara sesama anggota tim. Kedalaman relasi sampai ke hati tentu menjadi tujuan anggota tim. Saling mengenal dengan baik sampai ke hati, ibarat sebuah cuplikan puisi sederhana: "aku mengenalmu sampai ke dalam hatimu..kamu mengenalku sampai ke dalam hatiku...maka kita akan saling jatuh cinta..." itulah yg seharusnya dibangun antar sesama anggota tim dalam organisasi PSSI.
EQUAL (SETARA), sebuah kualitas cara pandang ketika masing-masing menjalankan fungsinya dalam organisasi. Duduk sama rendah berdiri sama tinggi..(heu heu heu kalo lagi tidur mah terserah mo telentang, tengkurap ato ngringkel...). Dengan relasi yg udah sangat dalam memungkinkan para anggota tim untuk saling berdiskusi/sharing..tidak ada yg lebih jago karena mereka berkesempatan untuk saling belajar..kalo toh ada atasan dan bawahan itu karena perbedaan besar kecilnya tanggung jawab saja.
WORK AS A TEAM (BEKERJA SEBAGAI SEBUAH TIM), sebuah kualitas cara bertindak yang mengacu pada filosofi sapu lidi, masing-masing menjalankan fungsi uniknya, merupakan satu kesatuan langkah menuju tujuan yang sama. Dalam konteks bal-balan nasional ada 3 tujuan utama: organisasi PSSI yang satu, solid dan hidup; liga profesional yang satu dan berkualitas; tim nasional yg handal...
Mulai Dari Mana?
Realita, kini kualitas relasi di antara sesama para pelaku industri bal-balan nasional terutama di tingkat elit sedang sakit kritis. Inilah hal pertama dan utama yang harus dibenahi dulu. Dalam tataran sempit, bagaimana mungkin mengharapkan para anggota JC dapat duduk bersama, mengedepankan suara hati dan pikiran yang jernih untuk membuat perencanaan masa depan industri bal-balan nasional, sementara bangunan relasi di antara mereka sangat garing? Bagaimana mungkin pula kita membayangkan seorang Pakde Djohar cs duduk bersama dengan LNM cs untuk membahas impian industri bal-balan nasional, sementara kualitar relasi di antara mereka hampir mati?
Mengharapkan Tim Task Force AFC untuk menjadi mediator guna mulai memperbaiki dan membangun relasi yang baru sungguh tidak tepat, karena mereka pasti hanya beranjak gak jauh dari pijakan legal AFC/FIFA. Lantas siapa yang bisa menjadi mediator untuk membangun kembali kualitas relasi para pihak yang bertikai?
- Pemerintah (Menpora): tanda tanya besar...
- KONI: tanda tanya besar...
Mengingat ini soal kualitas kedalaman relasi, yang tak bisa dipisahkan dari habit masing-masing orang...maka yang dapat menyatukan adalah 'nilai-nilai luhur' yang udah ada sejak zaman nenek moyang kita..nilai-nilai luhur yang penuh dengan ajaran dan teladan bagaimana cara hidup dan cara bertindak sebagai pribadi-pribadi bagian dari bangsa Indonesia yang besar.. Para pendiri bangsa ini telah dengan sangat bijak melihat, mempelajari, melakukan dan merumuskan nilai-nilai luhur itu menjadi sebuah budaya khas Indonesia. Maka menurut gw, sebagai langkah awal sebelum memulai babak baru membuat perencanaan tentang organisasi & kompeptisi bal-balan nasional yang satu, mutlak diperlukan mediator untuk membangun relasi baru bagi mereka pare petinggi (yang diakui dan mengaku) sebagai pemimpin, tokoh, elit industri bal-balan negeri ini.
Menilik tujuan utama adalah 'membangun relasi' seperti dipaparkan di atas yang sangat berbuhungan dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia sejak zaman nenek moyang, maka mediator yang cocok adalah seorang (atau lebih) BUDAYAWAN. Seandainya (alm) Gus Dur atau (alm) Romo Mangunwijaya atau (alm) Nurcholis Madjid masih hidup, mungkin kita bisa menggantangkan harapan pada peran serta mereka. Tapi gw yakin, ada banyak budayawan yang sekarang ini masih ada dan mau memberikan sumbangsih untuk membangun relasi yang 'sehati' di antara para elit bal-balan nasional ini...
Silakan kalau ada ide atau mau berkomentar tentang hal ini, ga ada satupun komentar yang akan tak delete, kecuali oleh admin kompasiana tentunya...heu heu heu
BRAVO SEPAKBOLA NASIONAL!
Mau MERDEKA atau tetap dijajaaaah....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H