Anak gadis itu hanya tersenyum dan berlari meninggalkanku.
Aku membatin, wajahnya sangat mirip dengan wanita itu dua puluh lima tahun yang lalu. Apakah mungkin wanita itu sudah menikah dan kembali menetap di sini? Atau, anak itu hanya kebetulan mirip dengannya? Ahh.. ngapain aku bertanya-tanya dalam hati.
Karena masih penasaran, keesokan harinya aku duduk di tempat itu lagi. Menjelang siang hari anak itu muncul dengan dengan pasir pantai di sekujur tubuh hinggah pakaiaanya sambil membawa kulit-kulit kerang yang sengaja dikumpulkannya untuk bermain-main selayaknya anak-anak pesisir pantai.
Aku pun mendekatinya perlahan sambil mengumpulkan kerang-kerangan dan menyodorkannya pada anak itu, dengan tersenyum ia menerimanya dan kami pun menyusuri pantai bersama sambil sesekali bercanda.Â
"Nak, waktunya makan siang" terdengar teriakan lantang seseorang yang sontak membuat aku dan anak itu menengok ke arah asal suara tersebut.Â
Aku pun seketika terperangah saat melihat orang itu yang berdiri sekitar dua puluh lima meter dari tempat kami berdiri, anak itu pun berlari dengan tergesa-gesa ke arah wanita itu yang sengajah mengalihkan pandangannya.
Wanita itu pun buru-buru membawa anak itu pergi menjauh dari tempat itu meninggalkanku yang hanya diam mematung sambil melihat kepergian mereka yang menghilang di balik reuntuhan bengkel kayu tua.
"Maafkan aku" hanya dua kata itu yang terucap dari bibirku dan tak terasa air mataku menetes perlahan, ku usap air mataku yang mulai membasahi pipi dan pergi beranjak dari tempat itu.
Hari-hari berikutnya, aku tidak menemui lagi anak itu bermain-main di tepi pantai. Dengan berbagai pertanyaan yang muncul dalam kepalaku, perlahan ku langkahkan kaki menyusuri pantai hingga tiba di sebuah pohon cemara tua.Â
Aku pun bersandar di pohon itu sambil sesekali memandangi hamparan pasir putih dan birunya lautan, pikiranku tertuju pada kenangan enam tahun silam saat aku meninggalakan tempat ini.
Perusahaan ayahku membeli pulau ini dua puluh lima tahun yang lalu untuk membangun cabang perusahaan perikanan mereka dan ayahku adalah pimpinan di tempat pulau ini saat itu, sehingga ayahku seringkali membawahku ke pulau ini sejak aku berumur tujuh tahun.