Mohon tunggu...
Justin Alfret Jaflean
Justin Alfret Jaflean Mohon Tunggu... Pustakawan - Mahasiswa

Just to learn to develop linguistic skills!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

RAIN IN THE JUNE, Antara Resah & Kerinduan

7 Agustus 2024   22:39 Diperbarui: 7 Agustus 2024   22:41 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.dreamstime.com/teenage-girl-looking-out-window-rainy-day-ai-generated-image287400237

Hujan turun dengan deras di pagi itu, Steven yang baru terbangun dari tidurnya pun duduk merenung di tepian ranjang sambil memperhatikan bulir-bulir hujan yang menempel di kaca jendelanya "Hujan lagi, kapan kita bisa bertemu kembali yah?" gumamnya dalam hati. 

Kilas balik 2 bulan yang lalu

Di sore hari itu, Steven sedang duduk di tepi pantai sambil menikmati indahnya jingga senja, sesekali ia memotret untuk mengabadikan momen itu karena musim hujan akan segera tiba sehingga akan kesulitan untuk mendapatkannya beberapa Minggu yang akan datang. Tak jauh dari tempat duduknya, tampak seorang gadis juga sedang menikmati senja sambil mendengarkan musik dari headphone-nya sambil bersenandung lembut.

Steven berjalan pelan ke arahnya dan dengan sedikitnya keberanian ia pun mencoba untuk menyapanya "Hai" dengan sedikit terkejut gadis itu pun merespon lembut, mereka pun berkenalan dan setelah sedikit berbasa-basi mereka pun bertukar kontak. Setelah matahari perlahan terbenam, mereka pun memutuskan untuk pulang bersama.

Setelah perkenalan singkat tempo hari, Steven pun mulai akrab dengan gadis itu.

Mereka mulai sering chattingan walaupun tidak lagi bertemu setelah kejadian itu.

Pagi itu di penghujung bulan mei, dengan wajah riang Steven bersenandung pelan sambil merapikan kasurnya dan setelah itu ia pun bergegas membersihkan diri untuk berangkat ke kampus. Steven adalah seorang pemuda yang merantau ke kota untuk melanjutkan pendidikannya di bangku kuliah, di kota ia ngekost sendirian sehingga ia harus benar-benar menjaga dan mengontrol dirinya sendiri dari segala macam glamornya kota.

Steven yang baru keluar dari kelas kuliahnya segera menelpon seseorang dan sebelum menutup telponnya dia berkata "Oke! Aku ke situ sekarang yah, tunggu aja disitu dan jangan ke mana-mana" pungkasnya.

Di tempat lain, seorang gadis sedang menyimak pelajaran di kelas kuliahnya. ia tampak sangat antusias mencerna setiap materi yang diberikan dosen pengajarnya.

Setelah selesai kelas kuliahnya ia hendak pulang ke asrama kampus, dimana ia tinggal bersama sebagian teman-temannya di sana. Langkahnya terhenti tatkala HP-nya berdering tanda ada yang menelponnya, sambil tersenyum dia mengangkat teleponnya sambil berkata singkat "Yaudah cepetan, aku tunggu! 

Gadis itu pun duduk di depan halte kampusnya sambil mendengarkan lagu menggunakan Headphone-nya sembari menunggu kedatangan penelpon tadi. setelah menunggu beberapa saat ia pun dikejutkan dengan seorang lelaki yang sudah berdiri dihadapannya, "Hai Maura, maaf agak telat" pinta lelaki itu. 

Yah gadis itu bernama Maura, dia adalah pacarnya Steven. mereka sudah menjalin hubungan sekitar 3 bulan tetapi mereka sangat jarang bertemu dikarenakan Maura sendiri tinggal di asrama kampusnya yang terkenal super ketat sehingga tidak memungkinkan untuknya bertemu dengan Steven setiap saat. 

Mereka pun berjalan kaki menuju taman yang tak jauh dari kampus Maura. sesampainya di sana, mereka pun duduk di sudut taman.

"Maura, besok kamu pulangnya jam berapa?" tanya Steven. 

"Kayaknya jam 5 sore, emang kenapa?" 

"Ga, cuma pengen nanya doang"

"Ga jelas banget" umpat Maura

"Jangan cemberut dong"

"Engga" pinta Maura

"Maura, aku mau ngomong serius sama kamu" ungkap Steven

"Yaudah ngomong aja" balas Maura

"Sebenarnya aku tuh suka sama kamu, kamu mau ga jadi pacar aku?" Ungkap Steven

"Emmm, tapi..

"Kenapa?" Desak Steven

"Kamu kan tahu kehidupanku terlalu disiplin, emang kamu bisa tahan kalau kita bakalan susah untuk ketemunya?"

"Gapapa, aku ngerti kok"

"Yaudah deh klo gitu aku mau jadi pacar kamu" balas Maura 

"Beneran? 

"Iya sayang" balas Maura

"kamu ngomong apa tadi, ga kedengaran soalnya"

"Malas ahh" 

"Ga bercanda doang sayang" 

"Apa sihh, garing!" Balas Maura

"Yaudah kalo gitu kita balik yuk, keburu sore ntar kamu di omelin sama kepala asrama"

"Yukk, aku juga takut kalau diomelin orang tua itu" balas Maura

Setelah mengantarkan Maura sampai ke asrama, Steven pun segera bergegas mandi dan berbaring di kasur kamarnya.

Sambil mengingat kejadian sore tadi, Steven tersenyum pelan sambil berhayal akan melakukan banyak hal bersama Maura.

Disisi lain, Maura yang sedang membersihkan kamarnya sedang dalam perasaan bahagia tetapi ia juga merasa resah karena akan susah untuk bertemu dengan pacar barunya.

Hari terus berganti tak terasa hubungan mereka sudah berjalan 2 bulan namun mereka sudah tidak pernah bertemu lagi setelah pertama kali mereka jadian dikarenakan padatnya waktu kuliah mereka dan sulitnya Maura mendapatkan ijin untuk keluar dan bertemu dengan Steven. 

Steven yang mulai resah karena setiap kali mengajak Maura untuk bertemu selalu gagal akhirnya memutuskan untuk berusaha membiasakan diri untuk selalu bersabar jika ingin menemui Maura.

Hari demi hari berlalu, di malam itu Steven menelpon Maura untuk mengajaknya bertemu namun Maura menolak karena tak kunjung mendapatkan ijin untuk keluar dari asramanya. Steven tak begitu kaget mendengar penjelasan Maura karena dia sudah terbiasa berkali-kali mendengar penolakan seperti itu, Maura yang juga merasa bersalah pun meminta maaf kepada Steven karena tak kunjung meluangkan waktu untuknya. Resah dan rindu menghiasi perasaan mereka di malam itu.

Di awal bulan Juni, hujan turun menjulang basah di sela-sela dua insan yang mulai resah akan kerinduan tuk bertemu. "Akankah kau mau bertahan denganku dan segala keterbatasan waktuku?" Batin Maura sembari memperhatikan rintik-rintik hujan yang turun dari sela kaca jendelanya. Sementara di tempat yang berbeda, Steven yang merasa rindu pun merasa bimbang dengan keputusan awalnya untuk menjalin hubungan dengan Maura dengan segala keterbatasan waktunya

"Apakah aku harus bertahan melanjutkan hubunganku dengannya?" Gumamnya dalam hati.

Musim hujan di bulan Juni menambah keresahan akan pertemuan, akankah mereka bisa bertemu kembali. "Semoga di bulan ini kesempatan itu datang untuk mengobati rasa rindumu, aku takut kehilanganmu" batin Maura.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun