"Apa sihh, garing!" Balas Maura
"Yaudah kalo gitu kita balik yuk, keburu sore ntar kamu di omelin sama kepala asrama"
"Yukk, aku juga takut kalau diomelin orang tua itu" balas Maura
Setelah mengantarkan Maura sampai ke asrama, Steven pun segera bergegas mandi dan berbaring di kasur kamarnya.
Sambil mengingat kejadian sore tadi, Steven tersenyum pelan sambil berhayal akan melakukan banyak hal bersama Maura.
Disisi lain, Maura yang sedang membersihkan kamarnya sedang dalam perasaan bahagia tetapi ia juga merasa resah karena akan susah untuk bertemu dengan pacar barunya.
Hari terus berganti tak terasa hubungan mereka sudah berjalan 2 bulan namun mereka sudah tidak pernah bertemu lagi setelah pertama kali mereka jadian dikarenakan padatnya waktu kuliah mereka dan sulitnya Maura mendapatkan ijin untuk keluar dan bertemu dengan Steven.Â
Steven yang mulai resah karena setiap kali mengajak Maura untuk bertemu selalu gagal akhirnya memutuskan untuk berusaha membiasakan diri untuk selalu bersabar jika ingin menemui Maura.
Hari demi hari berlalu, di malam itu Steven menelpon Maura untuk mengajaknya bertemu namun Maura menolak karena tak kunjung mendapatkan ijin untuk keluar dari asramanya. Steven tak begitu kaget mendengar penjelasan Maura karena dia sudah terbiasa berkali-kali mendengar penolakan seperti itu, Maura yang juga merasa bersalah pun meminta maaf kepada Steven karena tak kunjung meluangkan waktu untuknya. Resah dan rindu menghiasi perasaan mereka di malam itu.
Di awal bulan Juni, hujan turun menjulang basah di sela-sela dua insan yang mulai resah akan kerinduan tuk bertemu. "Akankah kau mau bertahan denganku dan segala keterbatasan waktuku?" Batin Maura sembari memperhatikan rintik-rintik hujan yang turun dari sela kaca jendelanya. Sementara di tempat yang berbeda, Steven yang merasa rindu pun merasa bimbang dengan keputusan awalnya untuk menjalin hubungan dengan Maura dengan segala keterbatasan waktunya
"Apakah aku harus bertahan melanjutkan hubunganku dengannya?" Gumamnya dalam hati.