Mohon tunggu...
Jihad Hidayatullah
Jihad Hidayatullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemikir Amatir Isu Sosial

Life is like a piano, white and black. If Alloh swt play it, all will be a beautiful melody.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stoikisme Pandemi Menjelang Maulid Nabi SAW.

29 Oktober 2020   07:46 Diperbarui: 29 Oktober 2020   09:04 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gambar Covid-19 (Foto : detikcom )

Rabu yang dinanti akhirnya tiba. Tidak seperti rabu biasa, rabu kali ini adalah cuti bersama dalam rangka menyambut maulid Nabi SAW. Tidak sedikit orang berencana akan pergi liburan, mudik, atau sekadar berkunjung ke rumah sahabat. Ada juga yang memilih diam di rumah mengikuti meriahnya acara peringatan maulid nabi yang diadakan. Tetapi agaknya sedikit orang yang berpikir tentang kehidupan dan bagaimana kehidupan di tengah pandemi saat ini, terutama menjelang maulid nabi.

Sejak munculnya makhluk mungil ini, aktifitas dan ruang gerak kita terpaksa dibatasi, bahkan dunia saat ini seakan dipaksa istirahat dari keramaian penghuninya. Banyaknya karyawan yang harus dirumahkan, bisnis-bisnis mangkrak, dan rencana-rencana besar urung dilaksanakan, serta acara-acara peringatan maulid nabi yang sebelumnya dilaksanakan dengan ramai dan meriah, kini harus dilaksanakan sesuai dengan protokol kesehatan, banyak lagi akibat-akibat dari pandemi ini.

Namun, walau bagaimanapun hidup kita harus tetap berjalan, seperti kata pepatah "Tidak masalah seberapa buruknya keadaan. Kita selalu bisa untuk bangkit kembali". Yaa.. hidup kita harus tetap jalan, kita harus bangkit, bahkan kita harus tetap bahagia walau di tengah pandemi ini sekalipun.

Lalu apa hubungannya dengan stoikisme?

Sebelumnya, stoikisme itu adalah sebuah cara pandang dan persepsi mengenai kehidupan yang sudah ada sejak jaman Yunani kuno yang didirikan di Athena, Yunani pada awal abad ke-3 SM. Salah satu tokohnya adalah Marcus Aurelius, seorang kaisar pada zamannya.

Dalam stoikisme, diajarkan bagaimana hidup bahagia bukan dengan mengejar kebahagiaan, melainkan dengan menekan emosi negatif dari jiwa. Nah,,, dalam masa pandemi ini, emosi negatif pasti sering menjangkiti banyak orang. Kita jadi sering khawatir, takut, resah, dan emosi negatif lainnya.

Lalu apa yang harus kita lakukan untuk memaknai pandemi menurut stoikisme?

1. Ambil hikmahnya
Setiap kejadian dalam kehidupan pasti ada hikmahnya. Begitu pun dengan pandemi ini. Contoh paling sederhana, kita mungkin jadi lebih memperhatikan kesehatan dengan lebih rajin menjaga kebersihan diri dan lingkungan, serta mulai merubah polah hidup yang sebelumnya kurang baik menjadi pola hidup yang lebih baik. Selain itu, kita jadi lebih banyak kumpul dengan keluarga, padahal sebelumnya semua mungkin sibuk di luar rumah. Walaupun hubungan di luar rumah mengalami penurunan, tapi hubungan dengan keluarga mengalami peningkatan.

2. Menerima sebagai takdir
Menerima takdir yang terjadi pada diri kita mungkin sudah biasa, tetapi ini takdir bagi seluruh kehidupan manusia di bumi dan efeknya hingga ke berbagai sisi. Kita harus menerima kenyataan bahwa keadaan sekarang memang seperti ini dan kita harus menyesuaikan diri. Daripada pusing, fokuskan saja pada tindakan pencegahan dan langkah antisipasi yang bisa kita lakukan. Dengan fokus pada hal yang bisa kita kendalikan dibanding yang tidak bisa kita kendalikan, maka kita bisa lebih tenang dalam menjalani hari-hari ke depan di tengah pandemi.

3. Menaati kebijakan pemerintah
Salah satu ajaran dalam pandangan stoikisme adalah menaati peraturan. Nah, situasi saat pandemi ini, pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan seperti physical distancing sampai PSBB. Kita sebagai warga negara yang baik harus patuh terhadap kebijakan tersebut.

4. Atasi ketakutan yang tak rasional
Ketakutan yang tidak masuk akal atau berlebihan sangat buruk bagi kita dan orang lain. Takut berlebih berdampak buruk pada kesehatan diri, karena secara klinis daya tahan tubuh seseorang akan menurun jika merasa takut yang berlebihan. Selain itu, ketakutan akan terkena virus ini juga bisa membuat orang melakukan panic buying sehingga ketersediaan barang kebutuhan menjadi langka. Padahal masih banyak orang yang juga membutuhkan barang yang kita beli.

Berikut sedikit coretan tentang bagaimana implementasi stoikisme di tengah pandemi menjelang maulid nabi. Barangkali bisa menjadi solusi agar tetap bisa berpikir jernih kala pandemi ini tanpa harus melupakan esensi dari maulid nabi. Bahagia kita yang menciptakan sendiri. Baik-buruknya situasi, kalau kita mampu mengatasi emosi dan pikiran negatif, ketenangan pasti akan datang.

Selamat ber-maulid nabi, semoga dengan peringatan maulid ini bisa menambah semangat kita di tengah pandemi dan tentunya yang terpenting adalah bisa menambah kecintaan kita kepada baginda Nabi Muhammad SAW.

Kediri, 28 Oktober 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun