Kepak sayap rapuhnya taklah seanggun sulaman indah tangan seribu peri
Parau terdengar dari paruh yang mengusam
Mencari dan terus mencari
Apa yang ia cari
Sebutir cintakah yang ia ingin
Pantaskah cinta itu untuknya
**
Terbang lah terbang
Ikutilah kemana kepak sayap membawamu
Ke taman hati yang kau tuju
Dalam keindahan taman hati yang membuatnya terjerat dalam hasrat
Tuk memberi
Bukan memiliki
Tuk berbagi
Bukan sekedar menagih
**
Mawar
Dalam kuntum indahmu yang memutih
Takkah kau rasakan betapa hangat kata yang ia beri
Dari parau suara nya
Dari paruh nya yang mengusam
**
Mawar
Dalam kuntum indahmu yang memutih
Takkah kau sambut ia dengan riangmu
Bukan dengan angkuhmu
Bukan dengan acuhmu
**
Kini kutatap dalam haru taman hati itu
Tak ada lagi kicau parau dari paruh yang mengusam
Tak ada lagi indah mawar dalam kuntumnya yang memutih
*****
Jakarta, 30 Oktober 2010
Terinspirasi dari kisah burung buruk rupa yang mencintai bunga mawar putih, namun sang mawar putih menolak dan mengeluarkan satu syarat yang sangat sulit kepada sang burung sebagai penolakan, untuk mendapat cintanya burung tersebut harus bisa merubah warna sang mawar menjadi merah, sang burung lantas mematahkan sayapnya dan darah yang mengalir dari tubuhnya membuat warna kuntum mawar putih menjadi merah. sang burung tersebut akhirnya mati hanya tuk memenuhi permintaan sang mawar yang dicintainya... (status temen di facebook)
Catatan: sebenarnya tulisan ini saya post sekitar tanggl 30/10/2010 jam 11-an malam, tapi entah kenapa bisa terposting lagi ke tanggal 31/10/2010 pukul 00.42.
mohon infonya kalau ada yang tau penyebabnya?
terima kasih....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H