Mohon tunggu...
Arif Hidayat
Arif Hidayat Mohon Tunggu... -

yeehhaaaaaahhh..... udah gak kebalik lagiii :)\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kematian Seorang Geisha (Antara Cinta, Kehormatan dan Kesetiaan Seorang Samurai) - Bag. 2

24 Oktober 2010   18:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:08 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Hei.. Heiko.."

"Baik heiko-chan, sekarang kau katakan padaku mengapa kau berada ditempat ini? dimana orang tuamu?"

Ia hanya menggeleng, dapat kupastikan pasti anak ini terlantar, mungkin orangtuanya sudah mati atau memang gadis kecil ini sengaja dibuang, sudah seminggu lebih kulihat ia berada disudut jalan ini.

“Maukah kau kubawa ke suatu tempat, dimana mungkin kau bisa mendapatkan makan dan tempat tinggal yang layak, bersediakah engkau?”

Lagi-lagi ia hanya terdiam, walaupun diamnya kuanggap iya.

“Baiklah, ikut denganku!”

Aku tak tahu tempat yang sesuai atau keluarga yang mau menerima anak ini, tapi kurasa ada satu tempat yang kutahu memerlukan kehadirannya disana. langkah kami berhenti didepan sebuah banguna yang cukup besar. Salah satu Okiya yang berada tak jauh dari tempat kutemukan gadis kecil tadi. Kebetulan aku cukup mengenal pemilik okiya ini, namanya mama-san, orangnya gemuk, tapi cukup ramah dan dibalik wajahnya yang sudah menua, masih tersisa rona kecantikan di balik kerutannya. Wajar saja, selain ia pintar berias diri, ia dulu adalah seorang geisha ternama pada jamannya.

“Selamat datang, Hideyori-san!” seorang penjaga dengan agak terbungkuk menyambut kami disertai langkah kaki wanita yang terburu-buru menyusul ke gerbang depan rumah.

“Oh.. rupanya tuan, marilah masuk kedalam, tuan” ajakan hangatwanitapemilik rumah menyambut kedatanganku

“Apa yang bisa kami bantu terkait kedatangan tuan ke sini?”

“Bukan saya Mama-san, anak ini!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun