Yaitu besaran gaji, keamanan, waktu liburan, tim yang andal, serta fleksibilitas waktu kerja. Saat ini, potensi terbesar untuk menikmati lima hal itu sekaligus hanya datang dari industri digital.
Tumbuh Impresif
Di Indonesia, industri digital tumbuh impresif. Paling kinclong di antara semua sektor industri. Bahkan dua kali lipat dari pertumbuhan ekonomi nasional.Â
Agak sulit menemukan industri yang tumbuh hingga 10,7% per tahun saat ekonomi nasional hanya tumbuh 5,07%. Sebagai komparasi, ambil contoh di sektor Fast Moving Cunsomer Goods (FMCG) yang tumbuh 2,7% pada tahun 2017. Demikian juga industri properti yang mencatat pertumbuhan di angka 3,68%.
Padahal, sehari-hari kebutuhan 263 juta rakyat Indonesia tak pernah lepas dari dua sektor ini. Nyatanya, industri digital mampu berlari kencang di antara semua industri. Ini membuktikan bahwa sektor ekonomi digital amat digandrungi. Pemerintah memang termasuk cepat merespons gemuruh pergeseran lanskap ekonomi ke arah digitalisasi.Â
Hal ini terlihat dari kebijakan dan program-program promotif pemerintah untuk menghela industri digital. Bulan Agustus tahun 2017, pemerintah merilis Peraturan Presiden tentang Road Map Ecommerce Indonesia tahun 2017-2019.
Pemerintah juga proaktif menjaring investor global yang diarahkan ke sektor industri digital. Mulai dari memboyong para pendiri startup untuk muhibah ke Silicon Valley, hingga proses perizinan yang dibuat ringkas.
Berbagai lembaga internasional bahkan memberikan apresiasi terhadap iklim industri digital di Indonesia. Seperti predikat 12 Of The Most Startup Friendly Countries dari Young & Rubicam dan Wharton School of the University of Pennsylvania. Singkatnya, Indonesia sudah berada di jalur yang benar untuk menjadi bangsa terdepan di industri digital.
Dampak Elektoral
Berbagai capaian industri digital yang dapat dirasakan secara empirik dan disokong oleh data statistik, amat menarik untuk kita telaah lebih lanjut dalam konteks pemilihan presiden (pilpres) dan pemilihan legislatif (pileg) yang digelar tahun 2019.Â
Mengidentifikasi milenial sebagai aktor utama industri digital merupakan pintu masuk untuk mengintroduksi preferensi politik segmen pemilih jumbo ini. Terlebih, milenial kini jadi rebutan di pentas kontestasi politik nasional.
Berbagai lembaga memperkirakan jumlah pemilih milenial tak kurang dari 40% dari total pemilih. Tak heran, milenial jadi segmen pemilih yang paling dikejar dukungannya. Calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) hingga partai politik berlomba-lomba membangun proksimiti dengan milenial.