Mohon tunggu...
Jusman Dalle
Jusman Dalle Mohon Tunggu... Editor - Praktisi ekonomi digital

Praktisi Ekonomi Digital | Tulisan diterbitkan 38 media : Kompas, Jawa Pos, Tempo, Republika, Detik.com, dll | Sejak Tahun 2010 Menulis 5 Jam Setiap Hari | Sesekali Menulis Tema Sosial Politik | Tinggal di www.jusman-dalle.blogspot.com | Dapat ditemui dan berbincang di Twitter @JusDalle

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Inovasi Ritel UKM di Pusaran Gelombang e-Commerce

6 Februari 2017   10:57 Diperbarui: 6 Februari 2017   11:12 910
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Trade Mall Thamrin City, pusat batik nusantara dan busana muslim melakukan rebranding untuk memperkuat positioning di tengah gempuran ritel online (sumber : agungpodomoroland.com)

Dunia dilanda oleh gelombang e-commerce atau ekonomi digital. Satu persatu industri tergoncang oleh masuknya pemain baru yang tergolong usaha rintisan (start up). Uber, Go-Jek dan Grab mengoyak industri transportasi yang puluhan tahun dinikmati kejayaannya oleh pemain-pemain lama.

Di bidang akomodasi, AirBnB tiba-tiba muncul sebagai perusahaan dengan kamar “hotel terbanyak” yang mengalahkan merek raksasa macam Accor atau Hilton. Demikian pula di industri hiburan, jaringan tv on demand Netflix menguncang stasiun-stasiun TV yang menyajikan acara membosankan. 

Di segmen musik, Spotify sebagai layanan pemutar lagu online membuat stasiun-stasiun radio dan terutama perusahaan rekaman pasang kuda-kuda.

Pemain-pemain di era ekonomi digital, datang sebagai change makers. Mereka menghentak dengan membawa rules of the game yang baru dan memaksa pemain lama ikut aturan baru tersebut. Ada petahana yang lincah berinovasi karena kultur adaptif korporat yang memang dibangun berdekade-dekade lamanya. Adapula yang gagap lalu disalip di balik tikungan perubahan dan lantas berguguran.

Dus, abad rivalitas digital vs non digital pun dimulai. Perang ditabuh. Banyak yang percaya ini perang abadi tanpa ampun. Tapi menganggap peperangan ini tanpa ruang kompromi dan sinergi, tidaklah tepat. Faktanya, beberapa perusahaan dari dua era berbeda bisa hidup bersinergi. Bahkan, ada pula perusahaan pra ekonomi digital yang berinovasi menciptakan lini bisnis e-commerce.

Tak bisa dihindari, badai digital bertiup di segala lini. Tak terkecuali di dunia ritel, industri juga berubah. Kultur masyarakat, terutama entitas millenial perlahan mulai memamah kebiasaan belanja di dunia maya. Online shopping menjadi embrio budaya belanja. Ini diamini dengan riuhnya pertumbuhan e-commerce bak jamur di musim hujan. Sebagian petahana melihat sebagai ancaman, ada pula yang merespons sebagai tantangan.

Kompetitor adalah motivator terbaik untuk berinovasi melampaui tantangan. Prinsip ini dianut oleh Agung Podomoro Land (APL) yang tak menunggu lama untuk memulai derap inovasi menyikapi perubahan lanskap bisnis ritel.

Langkah inovasi kunci sekaligus pertama kali dilakoni APL selaku pengelola jaringan 10 pusat perdagangan adalah sinergi brand. Sepuluh trade center kini memiliki nama depan Trade Mall (TM). Antara lain TM Mangga Dua Square, TM Thamrin City, TM LTC Glodok, TM Plaza Kenari Mas, TM Seasons City, TM Kalibata City, TM Blok B Tanah Abang, TM Blok M Square, TM Plaza Balikpapan, dan TM LTC Harco Glodok. 

Jaringan TM tersebut menaungi tak kurang dari 30.000 tenant dari kalangan UKM yang menjual berbagai produk fashion, perlengkapan rumah tangga, perkakas elektrikal, hingga elektronik.

Bersamaan dengan rebranding trade center menjadi TM, inovasi marathon lain yang dilakukan APL adalah pembenahan TM dari aspek fisik. Termasuk dari suasana TM yang kini lebih nyaman, modern dan komplit. Interior dan eksterior TM direnovasi, dilengkapi AC, lift, eskalator dan toilet yang terawat seperti di mal. Bedanya, barang yang dijual dibanderol dengan harga trade center. Harga dan suasana tersebut menjadi competitive value TM memikat pengunjung.

Tak berhenti di situ, untuk meneguhkan eksistensi ritel UKM yang berjualan di TM sembari mengarungi persaingan dengan mall maupun trade center lain, APL juga meluncurkan program TM Vaganza sejak Mei tahun 2016 lalu bersamaan dengan sinergi brand. Program promo ini bertujuan mendongkrat kunjungan. Targetnya cukup ambisius, memperoleh hingga 150.000 orang pengunjung perhari.

Program TM Vaganza memang bertabur hadiah. APL menyiapkan hadiah bulanan satu unit mobil Toyota Agya serta berbagai hadiah lainnya macam sepeda motor dan perlengkapan rumah tangga. Akhir periode promo TM Vaganza dikunci dengan door prize  satu unit Fortuner yang diundi pada 25 Februari 2017.

Inovasi berikutnya yang juga dilakukan TM APL adalah program aktivasi by momentum. APL melekukan event-event berbeda di setiap TM pada hari-hari tertentu. Faktor kunci pada program aktivasi ini adalah keterlibatan komunitas (community engagements) yang juga menjadi trend marketing kekinian.

Ketika memperingati event Hari Batik Nasional misalnya, APL menggelar rangkaian kegiatan yang dipusatkan di TM Thamrin City. Mulai dari kegiatan membatik yang dilakukan oleh Ibu-Ibu Dharma Wanita, fashion show busana batik hingga parade batik bersama komunitas motor. Ini sejalan dengan misi TM Thamrin City sebagai pusat batik nasional.

Sederet langkah inovasi TM APL yang meliputi sinergi brand, renovasi interior dan eksterior, promo belanja berhadiah serta berbagai event aktivasi di setiap TM tersebut berdampak signifikan dalam mengatrol jumlah pengunjung. 

Seperti diakui Dhani oleh selaku pemilik tenant di TM Thamrin City. “Pengunjung 8 bulan ini lebih ramai karena ada undian Vaganza. Banyak pembeli. Kayak seperti mau Lebaran,” ujar Dhani seperti diwartakan oleh beritasatu.com.

Upaya merawat budaya belanja tatap muka agar masyarakat datang shopping di trade mall dan toko-toko offline adalah ikhtiar untuk menjaga eksistensi UKM di tengah kuatnya penetrasi e-commerce. Menurut perkiraan lembaga riset ICD, e-commerce Indonesia tumbuh 42% sepanjang 2012-2015 atau tertinggi di antara semua sektor industri.

Artinya, e-commerce sangat ekspansif dan barangkali telah memakan sebagian pangsa pasar ritel offline. Tanpa ada inovasi, konsumen bisa saja hijrah massal ke belanja offline. Integrasi online dan offline (O2O) merupakan solusi strategis jangka panjang untuk menghindari mimpi buruk ritel offline.

Beruntung para pedagang di bawah naungan Trade Mall APL, karena e-commerce untuk 30.000 tenant di TM tersebut ditargetkan launching pada semester dua tahun 2017 ini. Seperti disampaikan dalam pernyataan resmi APL, e-commerce tersebut bakal mengusung O2O yang memiliki keunggulan kompetitif dibanding yang online semata. O2O mendelivery dua customers experience sekaligus dalam berbelanja.

Masuknya APL ke e-commerce semakin menegaskan totalitas inovasi perusahaan dalam membangun serta melindungi bisnis UKM. Merawat UKM sebagai tulang punggung ekonomi nasional sangat urgen dan tak bisa ditawar. UKM adalah pelaku ekonomi, motor penggerak sektor ril yang bersentuhan langsung dengan roda ekonomi di tengah-tengah masyarakat.

Seperti dikatakatan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla, bahwa pasar Tanah Abang dan Pasar Senin lebih penting dari pasar modal. Ini pesan kuat kepada para pelaku usaha, bahwa UKM (baca : sektor ril) harus diutamakan. Menjaga eksistensi UKM berarti menjaga fondasi bisnis dan ekonomi nasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun