Mohon tunggu...
Jusman Dalle
Jusman Dalle Mohon Tunggu... Editor - Praktisi ekonomi digital

Praktisi Ekonomi Digital | Tulisan diterbitkan 38 media : Kompas, Jawa Pos, Tempo, Republika, Detik.com, dll | Sejak Tahun 2010 Menulis 5 Jam Setiap Hari | Sesekali Menulis Tema Sosial Politik | Tinggal di www.jusman-dalle.blogspot.com | Dapat ditemui dan berbincang di Twitter @JusDalle

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Energi Marketing Om Telolet Om

24 Desember 2016   08:56 Diperbarui: 24 Desember 2016   19:28 638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak versi untuk melihat asumsi nilai ekonomi dari gelombang dan dampak budaya Korea. Menurut data Layanan Informasi Budaya Korea, pada awal 2000-an, ekspor konten budaya Korea berada di angka 500 juta dollar. Lalu pada tahun 2011, meroket ke angka lebih dari 4 miliar dolar, itu sebelum Gangnam Style meledak.

Tahun 2012, Kementerian Budaya, Olahraga dan pariwisata Korea mensinyalir nilai aset ekonomi Hallyu berada di angka 83,2 miliar dolar. Dari nilai tersebut, sebesar 5,26 miliar dolar berasal dari industri musik. Angka-angka fantasitis tersebut sangat masuk akal jika melongok fenomena gurita Korea yang menjangkiti masyarakat dunia, terutama Asia.

[caption caption="Fenomena Om Telolet Om dimanfaatkan sebagai momentum marketing dengan membuat meme kreatif untuk tujuan meraih benefit ekonomi. Adapula yang memanfaatkan sekadar lucu-lucuan. Sumber : twitter @faktagrafis"]

[/caption]

Lalu bagaimana dengan Om Telolet Om, apakah akan didaulat menjadi ujung tombak Indonesia Wave? Tentu saja tidak. Om Telolet Om tidak merepresentasikan nation brand yang akan diketengahkan Indonesia di panggung dunia. Tapi in tidak berarti fenomen Om Telolet Om yang kadung mendunia tersebut dibiarkan begitu saja tanpa dikelola dan diraih benefitnya.

Maka tindakan melakukan sweeping dan pelarangan klakson Om Telolet Om tidak kontekstual. Biarkan saja Om Telolet Om menyebarkan kegembiraan sembari menjadi hiburan ikonik di tengah-tengah masyarakat.

Terlebih, fenomena Om Telolet Om berkembang menjadi lebih luas. Misalnya jadi ajang komunikasi bagi beberapa merek yang meme-nya dapat kita temukan di internet. Bahkan ada yang sudah membuat lagu dangdut khusus Om Telole Om. Kreatif. Semakin membuka banyak peluang. Maka tidak bijak jika dibonsai dengan berbagai dalih dan dalil. 

 Sementara di tingkat yang lebih advance, pemerintah melalui Kementrian Pariwisata atau instansi yang terkait, mengelola Om Telolet Om agar tampil dengan kemasan yang valuable dan layak menjadi elemen nation branding.

DJ Zedd misalnya, membuat kompilasi video tentang keindahan Om Telolet Om Indonesia yang dirilis di twitter dengan lebih dari 3,5 juta pengikut. Esensi dari video itu sendiri, sangat-sangat subtantif dengan tagline Wonderful Indonesia yang dipopulerkan Kementrian Pariwisata sebagai kampanye global di sektor pariwisata Indonesia.

DJ Zedd menampilkan keindahan Indonesia dalam klip berdurasi 1 menit 34 detik (sumber : twitter @Zedd)
DJ Zedd menampilkan keindahan Indonesia dalam klip berdurasi 1 menit 34 detik (sumber : twitter @Zedd)
Video iklan gratis dari DJ Zedd tersebut menampilkan keindahan laut, alam hingga cityscape Indonesia dengan kemasan yang fresh, terasa anak muda banget. Bahkan artis Joshua Suherman di akun @JojoSuherman mengomentari “Video pariwisata yg dibuat pemerintah belum pernah ada yg se-menarik, muda, enerjik, modern, punya Zedd”.

Nah, ide menarik saya kira jika pemerintah menggandeng para DJ yang menjadi garda terdepan dalam viral Om Telolet Om itu sebagai brand ambassador sekaligus mengukuhkan Om Telolet Om sebagai ikon pariwisata Indonesia tahun 2017 atau untuk jangka panjang.

Dengan pengaruhnya di industri hiburan, para DJ kelas dunia tersebut akan sangat powerful untuk menarik wisatawan internasional dari segmen market anak muda. Namun, tentu saja harus dikemas sedemikian rupa, sembari dikembangkan dalam berbagai varian produk seperti souvenir, kaos, dan lain sebagainya. Saya kira, memikirkan hal ini bukan hal sulit bagi bangsa sekreatif Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun