Mohon tunggu...
Jusman Dalle
Jusman Dalle Mohon Tunggu... Editor - Praktisi ekonomi digital

Praktisi Ekonomi Digital | Tulisan diterbitkan 38 media : Kompas, Jawa Pos, Tempo, Republika, Detik.com, dll | Sejak Tahun 2010 Menulis 5 Jam Setiap Hari | Sesekali Menulis Tema Sosial Politik | Tinggal di www.jusman-dalle.blogspot.com | Dapat ditemui dan berbincang di Twitter @JusDalle

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Kota yang Mengidap Kanker di Jalan Raya

19 Desember 2016   20:56 Diperbarui: 21 Desember 2016   13:39 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
BRT, sistem transportasi yang menjalar seperti jaring laba-laba yang siap mengatar warga Curitiba ke senatero kota. (sumber : wrirosscities.org)

Adalah hak setiap orang melakukan mobilitas tanpa harus : bercucuran keringat atau mencium aroma tengik bau badan orang lain, berdiri berjejalan dan bahkan kerap jadi korban perbuatan asusila dan tindak kriminal lainnya. Ini bukan soal egoisme menggunakan kendaraan pribadi. Mereka yang menggunakan kendaraan pribadi, sebetulnya lebih karena keterpaksaan. Tak punya pilihan rasional yang mengenakkan.

Setelah kota mandiri macam Bintaro diambang kanker jalan raya yang dipastikan berdampak ke kehidupan sosial ekonomi warga, perlu terobosan baru dalam menata kota-kota di Indonesia. Kota, mestinya menjadi rumah utama warga. Tak dijauhi (berkedok wisata) di akhir pekan dengan mencari hiburan di kota atau daerah lain.

Proyek baru dan peremajaan transportasi massal seperti LRT, MRT, TransJakarta, Kereta Bandara serta KRL yang digadang-gadang saling terkoneksi, memunculkan secercah harapan menyelamatkan metropolitan dari kanker lalulintas. Paling tidak, sepanjang area yang dilintasi dan dijangkau oleh sistem transportasi massal tersebut, menjadi magnet baru bagi warga kota untuk menyapih diri dari jalanan Jakarta yang crowded.

Di wilayah timur Jakarta, ada Bekasi yang akan dijangkau oleh sistem transportasi metropolitan tersebut. Kereta ringan atau LRT bakal memangkas secar ekstrim waktu tempuh Jakarta-Bekasi menjadi hanya 30 menit. Tujuh kawasan industri di Cikarang, bakal terhubung dengan LRT dan utomated people mover system (APMS) yang dibangun oleh swasta.

Di sebelah selatan Jakarta, Cimanggis, Cibinong hingga Sentul juga terkoneksi dengan LRT. Pengembang seperti Agung Podomoro Land pun, telah membidik Cimanggis sebagai lokasi investasi strategis. Di kawasan yang berjarak tempuh 15 menit dari Jakarta (setelah terkoneksi LRT) tersebut, sedang dibangun apartemen berkonsep superblok, Podomoro Golf View yang berdiri di area seluas 80 hektar. Menyasar segmen keluarga muda dan professional muda, pihak Agung Podomoro Land berencana membangun 25 tower atau 37.000 unit apartemen.

Menariknya, karena mengusung konsep transit oriented development (TOD) yang menjadikan transportasi sebagai selling point, Podomoro berani melepas propertinya setara harga hunian bersubsidi  di bawah 200 juta. Apartemen ini memang persis berada di samping stasiun LRT. Selain itu, juga terkoneksi dengan akses Tol Cimanggis-Cibitung, dan Tol Jagorawi.  Proyek ini disebut-sebut sebagai ikon program satu juta rumah (bersubsidi) yang dicanangkan pemerintah.

Stasiun LRT dan pintu tol, selling point yang ditonjolkan dalam memasarkan apartemen Podomoro Golf View (sumber : podomorogolfview.com)
Stasiun LRT dan pintu tol, selling point yang ditonjolkan dalam memasarkan apartemen Podomoro Golf View (sumber : podomorogolfview.com)

Tak hanya di Cimanggis, konsep TOD juga dikembangkan oleh Kalibata City yang memang nantinya akan sangat mudah diakses dari stasiun LRT. Cerita yang senada, juga datang dari Bekasi. Memanfaatkan akses LRT, Starindo Kapital Indonesia mengembangkan proyek Metropolitan Park Apartment. Summarecon tidak mau ketinggalan. Salah satu pengembang ternama di Jabodetabek ini juga tengah mempersiapkan proyek properti berkonsep TOD.

Di luar superblok seperti Podomoro Golf View atau apartemen seperti Metropolitan Park, berkah LRT bahkan menyentuh pengembangan wilayah dalam skala kota. Di Barat Jakarta, tepatnya di Kabupaten Lebak, sedang dibangun Maja sebagai kota publik baru. Maja bakal terintegrasi dengan Ibu Kota paling lambat tahun 2035 sebagaimana amanat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019 tentang pembangunan 10 Kota Baru Publik.

Saat ini, Maja telah diserbu oleh developer. Mulai dari pemain mayor seperti Agung Podomoro dan  Ciputra, hingga developer kecil. Maja, bahkan disebut “sedang cantik-cantiknya” oleh Kompas, mengilustrasikan pesona kota yang digadang-gadang sebagai kawasan industri baru ini.

Faktor transportasi, lagi-lagi sebagai kunci emas mengapa sebuah daerah bisa berkembang pesat. Akses transportasi, bahkan yang masih dalam imajinasi, mampu menyulap hutan, rawa dan belantara menjadi incaran para pebisnis dan investor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun