Ketiga, jika reklamasi berhasil maka pantai menjadi bersih yang tentu berdampak pada perbaikan kualitas lingkungan dan ekosistem laut serta tangkapan nelayan (lebih banyak, sehat dan tak harus menempuh perjalanan berjarak jauh ke laut dalam).
Keempat, bahwa reklamasi ini merupakan berkah tersendiri untuk mengurai padatnya pemukiman di Jakarta serta mengerem lonjakan harga properti.
Jika reklamasi Singapura seluas 1.500 Ha mampu menampung 200.000 rpenduduk, maka luas reklamasi Pantai Utara Jakarta 5.100 Ha ideal menjadi hunian bagi 680.000 jiwa penduduk.
Saat ini, permintaan hunian baru di ibu kota tumbuh dengan pesat dan tak diimbangi oleh ketersediaan lahan. Hal ini berdampak pada lonjakan eksponensial harga properti yang sampai pada taraf tak masuk akal.
Sebagaimana hukum permintaan/penawaran, tambahan suplai diharapkan dapat mengerem harga properti di Jakarta agar tak gila-gilaan.
Kelima, bahwa reklamasi bisa menciptakan siklus ekonomi baru berbasis perdagangan barang, jasa dan pariwisata.
Demikian pula mereka yang pro reklamasi, coba kroscek silang informasi yang dijadikan dasar untuk mendukung pembuatan pulau buatan tersebut pada mereka yang kontra reklamasi. Argumentasi ihwal dampak kerusakan lingkungan, menggusur area nelayan mencari nafkah, simbolisasi kapitalisme dan ketimpangan, serta berbagai  dalih yang tumpah ruah di media sosial yang jadi pijakan menolak reklamasi.
Kembali ke soal bagaimana menjadi konsumen informasi yang matang (mature), kita harus rela melapangkan dada untuk mengonsumsi opini-opini pembanding, yang barangkali second opinion tersebut secara objektif menyempurnakan, menganulir atau bahkan menegasi pendapat yang kita anut sebelumnya dengan dukungan argumentasi yang kuat.
Harus diakui, penetrasi informasi dalam hitungan detik memberondong kita. Informasi menembus wilayah pribadi kita melalui gadget. Informasi kerap kali tak memberi kita kesempatan untuk menimbang secara elegan.
Â
Terlebih bagi ia yang ditunggangi rasa ingin eksis dengan menumpang narsis pada isu yang sebetulnya bukan kompetensinya untuk berargumentasi laiknya mereka yang sudah mengkaji isu tersebut.