Berbeda dengan China yang memulai transformasi sejak dasawarsa 70-an, Jerman justru lebih awal menata sektor pendidikan mereka. Jerman telah muncul sebagai pusat ilmu pengetahuan sejak penghujung abad ke 14, seiring didirikannya Heidelberg University tahun 1386 yang merupakan universitas pertama di Negeri Panzer itu. Heidelberg University adalah salah satu kampus paling bergengsi dan tertua di Eropa Timur serta bertengger di peringkat 55 World University Rankings.
Dari 1000 universitas terbaik di dunia, 59 diantaranya adalah perguruan tinggi asal Jerman. Selain Heidelberg University, perguruan tinggi lain yang cukup tersohor adalah Georg August University of Göttingen. Kampus ini melahirkan banyak ilmuwan dan 44 peraih nobel. Max Weber dan Jurgen Habermas, adalah dua ilmuwan tersohor di bidang sosial (Sosiolog) yang berasal dari Georg August University of Göttingen.
[caption caption="Auditorium George August University Gottingen (Sumber : wikipedia)"]
Reputasi industri Jerman tak diragukan lagi. Dengan modal sederet gudang ilmu pengetahuan, Jerman mampu memunculkan perusahaan kelas dunia seperti BMW, Bayer, Siemens, Porsch/Volswagen, Bosch , SAP dan DaimlerChrysler. Maka ketika krisis melanda Eropa sejak tahun 2008, ekonomi Jerman termasuk cukup solid malalui terjangan badai yang membuat sejumlah negara ketar-ketir. Bahkan ada yang bangkrut seperti Yunani.
Jerman mampu survive dan bahkan menjadi penolong bagi negara-negara Uni Eropa, karena ekonomi Jerman ditopang oleh pertumbuhan ekspor dari perusahaan-perusahaan global yang mereka miliki. Jerman mencatat surplus neraca berjalan dengan capaian rekor 215,3 Miliar Euro pada tahun 2014 atau setara 7,4 persen dari PDB. Sebagai perbandingan, pada saat yang bersamaan, Inggris yang merupakan salah satu negara penting di Eropa malah defisit 98 Miliar Euro. Transaksi berjalan ini merupakan indikator penting yang mengukur stabilitas ekonomi yang direngkuh.
Ekspor Jerman yang bersinar didorong oleh sektor manufaktur yang mampu menyerap tenaga kerja. Pengangguran di Jerman bahkan mencatat sejarah berada pada titik terendah sejak reunifikasi, yakni turun menjadi 6,4 persen. Pertumbuhan sektor manufaktur berkontribusi besar menurunkan angka pengangguran di Jerman.
Rahasia mengapa sektor manufaktur Jerman relatif stabil dan bisa terus mengekspor sehingga mendorong neraca perdagangan Jerman bersinar, ternyata karena Jerman telah melakukan investasi jangka panjang di sektor ilmu pengetahuan. Seperti diketahui, bahwa negara maju selalu identik dengan ilmu pengetahuan. Di negara-negara maju, sains menjadi lokomotif yang menarik berbagai elemen untuk secara bersama-sama memajukan negara tersebut.
[caption caption="Pabrik BMW di Amerika, menjadi sumber pendapatan yang memompa ekonomi Jerman (Sumber : cleanmpg.com)"]
Ihwal kedigdayaan Jerman di bidang ilmu pengetahuan, ini pula yang mengilhami Jepang pasca kalah Perang Dunia II untuk mengirimkankan anak-anak muda mereka belajar di Jerman. Hingga kini, Jerman menjadi negara DESTINASI STUDI TERBAIK KEDUA DI EROPA setelah Inggris dan TERBAIK KEEMPAT DI DUNIA setelah Amerika Serikat, UK dan Australia.