Mohon tunggu...
Jusman Dalle
Jusman Dalle Mohon Tunggu... Editor - Praktisi ekonomi digital

Praktisi Ekonomi Digital | Tulisan diterbitkan 38 media : Kompas, Jawa Pos, Tempo, Republika, Detik.com, dll | Sejak Tahun 2010 Menulis 5 Jam Setiap Hari | Sesekali Menulis Tema Sosial Politik | Tinggal di www.jusman-dalle.blogspot.com | Dapat ditemui dan berbincang di Twitter @JusDalle

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Kolaborasi Pendidikan, Sains, dan Industri

2 Oktober 2015   10:42 Diperbarui: 5 Oktober 2015   10:02 625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan adalah gerbang masa depan. Jalan pendidikan  menghantarkan individu, masyarakat dan bahkan suatu bangsa untuk tampil di panggung utama dunia. Pendidikan adalah rahim ide, yang melahirkan ragam inovasi dan terobosan yang mengubah kehidupan umat manusia.

Pendidikan membuka tabir sains atau ilmu pengetahuan yang menjadi pusat eksperimentasi untuk menciptakan sesuatu yang berbeda.  Temuan dan wawasan baru yang muncul sebagai kristalisasi proses pendidikan, adalah titik tolak untuk menciptakan nilai tambah.

[caption caption="Data persentase pelajar asing di AS (sumber : sciencemag.com)"]

[/caption]

Maka ketika Deng Xiaoping berpikir tentang masa depan China modern, kebijakan yang pertama kali dilakukan adalah mengirim anak-anak muda China untuk belajar di luar negeri, salah satu yang jadi tujuan utama pelajar China ketika itu adalah Singapura. Deng Xiaoping mengubah dan mentransformasi China dengan bertitik tolak dari pendidikan. Langkah ini mengiringi reformasi sistem politik dan ekonomi yang sebelumya sangat tertutup menjadi lebih terbuka pada dunia luar.

Dalam varian ekonomi masyarakat pasca-industri, ilmu pengetahuan merupakan komoditas dan faktor produksi paling penting (Hodgson :1999). Kebangkitan sains, industri dan ekonomi China yang kita saksikan hari ini direngkuh dalam waktu yang tidak begitu lama adalah buah dari perhatian pemerintah China pada sektor pendidikan. Hingga kini, China terus mengirim anak-anak muda mereka untuk belajar ke negara-negara maju.

Saat ini, Jerman merupakan satu negara maju tujuan pendidikan generasi muda China. Jumlah pelajar China di Jerman, bahkan menempati porsi terbesar dari keseluruhan pelajar asing. Demikian pula di AS, pelajar China adalah yang terbanyak di atara seluruh pelajar asing yang menempuh studi di negeri Paman Sam. Buah dari kegigihan berinvestasi di sektor pendidikan, seperti dirilis oleh OECD, China menempati rangking terbaik kedua secara global di bidang ilmu pengetahuan.

[caption caption="Mahasiswa China di AS (sumber : The Wall Street Journal)"]

[/caption]

Memajukan Ekonomi

Capaian dunia pendidikan dengan sumber daya manusia yang melimpah, mendorong ekskalasi pertumbuhan ekonomi China. Negeri Tirai Bambu tampil sebagai raksasa ekoonomi dunia. Menurut catatan Forbes, tahun 2015 ini sebanyak 25 perusahaan asal China yang masuk dalam jajaran The Global 2000 Companies in 2015. Empat di antaranya yaitu : ICBC, China Construction Bank, Agricultural Bank of China dan Bank of China bahkan menjadi perusahaan dengan valuasi tertinggi di dunia an sukses menyalip perusahaan-perusahaan besar dari AS.

Berbeda dengan China yang memulai transformasi sejak dasawarsa 70-an, Jerman justru lebih awal menata sektor pendidikan mereka. Jerman telah muncul sebagai pusat ilmu pengetahuan sejak penghujung abad ke 14, seiring didirikannya Heidelberg University tahun 1386 yang merupakan universitas pertama di Negeri Panzer itu. Heidelberg University adalah salah satu kampus paling bergengsi dan tertua di Eropa Timur serta bertengger di peringkat 55 World University Rankings.

Dari 1000 universitas terbaik di dunia, 59 diantaranya adalah perguruan tinggi asal Jerman. Selain Heidelberg University, perguruan tinggi lain yang cukup tersohor adalah Georg August University of Göttingen. Kampus ini melahirkan banyak ilmuwan dan 44 peraih nobel. Max Weber dan Jurgen Habermas, adalah dua ilmuwan tersohor di bidang sosial (Sosiolog) yang berasal dari Georg August University of Göttingen.

[caption caption="Auditorium George August University Gottingen (Sumber : wikipedia)"]

[/caption]

Reputasi industri Jerman tak diragukan lagi. Dengan modal sederet gudang ilmu pengetahuan, Jerman mampu memunculkan perusahaan kelas dunia seperti BMW, Bayer, Siemens, Porsch/Volswagen, Bosch , SAP dan DaimlerChrysler. Maka ketika krisis melanda Eropa sejak tahun 2008, ekonomi Jerman termasuk cukup solid malalui terjangan badai yang membuat sejumlah negara ketar-ketir. Bahkan ada yang bangkrut seperti Yunani.

Jerman mampu survive dan bahkan menjadi penolong bagi negara-negara Uni Eropa, karena ekonomi Jerman ditopang oleh pertumbuhan ekspor dari perusahaan-perusahaan global yang mereka miliki. Jerman mencatat surplus neraca berjalan dengan capaian rekor 215,3 Miliar Euro  pada tahun 2014 atau setara 7,4 persen dari PDB. Sebagai perbandingan, pada saat yang bersamaan, Inggris yang merupakan salah satu negara penting di Eropa malah defisit 98 Miliar Euro. Transaksi berjalan ini merupakan indikator penting yang mengukur stabilitas ekonomi yang direngkuh.

Ekspor Jerman yang bersinar  didorong oleh sektor manufaktur yang mampu menyerap tenaga kerja. Pengangguran di Jerman bahkan mencatat sejarah berada pada titik terendah sejak reunifikasi, yakni turun menjadi 6,4 persen. Pertumbuhan sektor manufaktur berkontribusi besar menurunkan angka pengangguran di Jerman.

Rahasia mengapa sektor manufaktur Jerman relatif stabil dan bisa terus mengekspor sehingga mendorong neraca perdagangan Jerman bersinar, ternyata karena Jerman telah melakukan investasi jangka panjang di sektor ilmu pengetahuan. Seperti diketahui, bahwa negara maju selalu identik dengan ilmu pengetahuan. Di negara-negara maju, sains menjadi lokomotif yang menarik berbagai elemen untuk secara bersama-sama memajukan negara tersebut.

[caption caption="Pabrik BMW di Amerika, menjadi sumber pendapatan yang memompa ekonomi Jerman (Sumber : cleanmpg.com)"]

[/caption]

Ihwal kedigdayaan Jerman di bidang ilmu pengetahuan, ini pula yang mengilhami Jepang pasca kalah Perang Dunia II untuk mengirimkankan anak-anak muda mereka belajar di Jerman. Hingga kini, Jerman menjadi negara DESTINASI STUDI TERBAIK KEDUA DI EROPA setelah Inggris dan TERBAIK KEEMPAT DI DUNIA setelah Amerika Serikat, UK dan Australia.

Bahkan Jerman disebut sebagai The Power Of Asia karena sepertiga pelajar asing di Jerman merupakan pelajar dari Asia. Jerman adalah kiblat ilmu pengetahuan Asia.

Pameran Sains dan Teknologi Jerman-Indonesia yang akan digelar di Museum Nasional pada 5-15 Oktober mendatang, menarik kita jadikan referensi untuk mengetahui banyak mengenai perkembangan ilmu pengetahuan dan industri di Jerman. Terlebih, sejumlah perusahaan raksasa asal Jerman seperti BMW, Siemen, Lufthansa, Bosch, Daimler, BASF dan Bayer juga berartisipasi.

Selain itu, pameran ini juga diiukuti oleh institusi penting seperti Pusat Riset Nasional Jerman untuk Ilmu Bumi (Helmholtz Centre Postdam GFZ), Museum Jerman untuk Studi Alam (Museum fur Naturkunde), organisasi ilmiah terbesar di Jerman (Helmholtz-Gemeinschaft) dan tentu saja salah satu kampus terbaik di dunia (Georg August University of Göttingen).

[caption caption="Pameran Sains dan Teknologi Jerman-Indonesia di Museum Nasional 5-15 Oktober mendatang (Sumber : Goethe Institute Indonesia)"]

[/caption]

Pameran ini akan menyajikan kolaborasi antara pendidikan, ilmu pengetahuan/riset dan industri dalam memajukan Jerman. Kisah sukses Jerman dalam membangun kolaborasi berbagai elemen nasionalnya, diharapkan menginspirasi Indonesia untuk melakukan hal yang serupa.

Tak bisa dimungkiri, Indonesia punya potensi besar untuk maju dengan mengelaborasi sektor pendidikan, sains dan ekonomi. Indonesia kaya akan manusia-manusia cemerlang yang sebagian besar masih terserak bekerja di luar negeri saat ini karena ketidakpedualian negara dalam mengkaryakan dan mengapresiasi mereka. Kita juga punya sumber daya alam yang melimpah untuk dikelola secara mandiri jika SDM-SDM unggul Indonesia berkomitmen untuk berkarya bagi negerinya yang tentu saja karya mereka harus diapresiasi oleh bangsanya sendiri.

Sumber Rujukan :

https://www.goethe.de/ins/id/en/ver.cfm?fuseaction=events.detail&event_id=20606561

http://www.gooverseas.com/blog/8-best-universities-in-germany-international-students

http://www.forbes.com/sites/liyanchen/2015/05/06/2015-global-2000-the-largest-companies-in-china/

http://www.forbes.com/global2000/list/#tab:overall

Buku - Postindustrial Germany : Services, Technological Transformation and Knowledge in Unified Germany, By Claire Annesley.

http://www.webometrics.info/en/europe/germany%20

http://monitor.icef.com/2012/08/germany-strengthens-its-stance-as-4th-most-popular-study-destination-in-the-world/

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun