Mohon tunggu...
Hasan Aspahani
Hasan Aspahani Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis, Penulis, Penyair.

MM Strategis dari Universitas Prasetiya Mulya. Berkarir di Jawa Pos Grup. Lahir di Sei Raden, Samboja, Kutai Kartanegara, Kaltim, 1971. Menulis novel (a.l. "Persimpangan", Gagasmedia, 2019), nonfiksi (a.l. "Chairil Anwar" sebuah Biografi, Gagasmedia 2016), puisi (a.l. "Aviarium", Gramedia, 2019), story developer (a.l. untuk skenario "Bumi Manusia", Falcon, 2019). Kerjasama hubungi www.kreatorkonten.com.

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Menikmati Hidup dengan Menulis

12 Agustus 2019   05:33 Diperbarui: 12 Agustus 2019   07:18 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by Free-Photos from Pixabay

 

LUPAKAN skripsi dan tesis sebagai syarat lulus kuliah. Lupakan karya tulis di SMA sebagai tugas akhir. Lupakan laporan pekerjaan sebagai pertanggungjawaban biaya pada kantor.

Khusus buat saya: lupakan hari-hari pada tahun-tahun ketika kau jadi reporter yang harus menulis lima berita tiap hari untuk koran yang terbit esok hari.

Saya ingin bicara soal menulis bukan sebagai beban tugas. Saya ingin bicara soal menulis sebagai sebuah kenikmatan. Menulis sebagai cara menikmati hidup. Menulis untuk menjadikan hidup lebih berwarna dan berharga.

Menulislah. Bukan karena kita ingin menjadi penulis. Menulislah karena menulis adalah kerja yang bisa dilakukan siapa saja.

Kata Arswendo Atmowiloto, syarat pertama seorang penulis hanya satu: bisa membaca.

Ya, sesederhana itu. Kalau kamu bisa membaca maka kamu seharusnya bisa menulis.

Menulislah karena itu bisa menjadi pintu kecil untuk masuk ke jalan membentuk kehidupan yang lebih baik.  

Kenapa? Saya hendak menjawab dengan sebuah kutipan dari Benjamin Franklin. "... tulis sesuatu yang layak dibaca atau lakukan sesuatu yang layak ditulis."

 Stop. Jangan teruskan membaca. Renungkan dulu kutipan di atas. Tulislah sesuatu yang layak dibaca. Ya. Itu.

Atau, lakukan sesuatu yang layak ditulis. Ya, itu juga.

Ketika menulis hendak kita jadikan perilaku sehari-hari kita, atau ketika itu sudah menjadi kebiasaan kita, maka seharusnya kita tak pernah kehabisan bahan untuk ditulis.

"Tapi kan tak ada bagian dalam hidupku yang layak untuk dibaca bila itu saya tuliskan?"

Jika ada yang bertanya begitu saya akan jawab, "justru karena kita menuliskannya maka kita akan menemukan apa yang layak untuk dibaca dalam hidup kita yang biasa-biasa saja itu."

Atau perhatikan bagian lain dari kutipan Benjamin Franklin tadi. Ya, itu:... lakukanlah sesuatu yang layak untuk ditulis.

Misalnya? Mengobrollah dengan kasir minimarket di dekat komplek rumah kita, atau penjual ayam di pasar, atau teman sekantor.  

Atau baca sebuah buku yang inspiratif ("Sang Nabi" Kahlil Gibran, misalnya).  Lalu tuliskan apa inspirasi yang kita dapatkan dari buku itu.

Bandingkan dengan hidup kita. Tuliskan apa yang kita syukuri atau apa yang hendak kita ubah dari hidup kita setelah membaca buku itu yang kita yakin akan membuat hidup kita lebih baik.

Membaca, dalam hal ini, telah menjadi pengalaman yang mengilhami kita untuk menulis sesuatu.

Saya membaca sederet manfaat menulis di sebuah situs kepenulisan. Beberapa butir saya setuju. Beberapa saya kurang sepakat. Beberapa butir saya pilih dan tambahkan pendapat dan pengalaman saya:  

 * Menulis adalah keterampilan kerja yang penting. Pekerja dengan kemampuan menulis punya nilai lebih. Meskipun pekerjaan itu sama sekali tidak terkait dengan tulisan.  * Menulis adalah dasar utama untuk menilai pekerjaan, pembelajaran, dan kecerdasan seseorang --- di sekolah, di perguruan tinggi, di tempat kerja, dan di masyarakat. Maka kuasailah kemampuan menulis sebagai dasar penilaian itu.

* Menulis melengkapi kita dengan keterampilan komunikasi dan berpikir. Ya, karena menulis adalah berpikir. Berbicara yang baik juga sangat membutuhkan sistematika berpikir dengan baik.  

* Menulis mengekspresikan siapa kita sebagai manusia. Juga mengekpresikan gagasan, ide, keinginan, obsesi kita. Itu membuka peluang bagi orang lain untuk membantu atau bekerja sama dengan kita.

* Menulis membuat pemikiran dan pembelajaran kita menjadi berbentuk dan menjadi permanen, mengawetkan ide dan ingatan kita. Menulis, dalam bentuknya yang paling sederhana yakni membuat catatan, membantu kita mengingat kilasan gagasan-gagasan kita sebelum ia menjadi sebuah konsep yang utuh.

* Menulis memupuk kemampuan kita untuk menjelaskan dan memperbaiki ide-ide kita kepada orang lain dan diri kita sendiri. Karena setiap kali kita menulis kita mempertimbangkan bagian-bagian kecil dari tulisan hingga bagaimana keseluruhan tulisan kita terbentuk.

* Menulis memungkinkan kita untuk memahami hidup kita. Karena ketika kita menulis kita bertanya, meninjau, menelaah, menengok ke dalam, ke lorong-lorong hati dan perasaan kita. Tak ada yang bisa melakukan pekerjaan itu lebih baik daripada diri kita sendiri.

* Menulis memungkinkan kita untuk menghibur dan memberi inspirasi kepada orang lain. Ini bonus. Bonusnya bahkan bisa menjadi berwujud sesuatu yang sangat besar dan tak terduga.

Pernah ada seseorang kepada saya mengatakan bahwa tulisan-tulisan kecil saya di rubrik "Oase" di koran dulu tempat saya bekerja dia kliping dan tempelkan di kulkas agar bisa ia baca setiap saat, saya merasa telah mendapatkan bonus besar. Dan nikmat yang seperti itu membahagiakan. - Hasan Aspahani

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun