Atau, lakukan sesuatu yang layak ditulis. Ya, itu juga.
Ketika menulis hendak kita jadikan perilaku sehari-hari kita, atau ketika itu sudah menjadi kebiasaan kita, maka seharusnya kita tak pernah kehabisan bahan untuk ditulis.
"Tapi kan tak ada bagian dalam hidupku yang layak untuk dibaca bila itu saya tuliskan?"
Jika ada yang bertanya begitu saya akan jawab, "justru karena kita menuliskannya maka kita akan menemukan apa yang layak untuk dibaca dalam hidup kita yang biasa-biasa saja itu."
Atau perhatikan bagian lain dari kutipan Benjamin Franklin tadi. Ya, itu:... lakukanlah sesuatu yang layak untuk ditulis.
Misalnya? Mengobrollah dengan kasir minimarket di dekat komplek rumah kita, atau penjual ayam di pasar, atau teman sekantor. Â
Atau baca sebuah buku yang inspiratif ("Sang Nabi" Kahlil Gibran, misalnya). Â Lalu tuliskan apa inspirasi yang kita dapatkan dari buku itu.
Bandingkan dengan hidup kita. Tuliskan apa yang kita syukuri atau apa yang hendak kita ubah dari hidup kita setelah membaca buku itu yang kita yakin akan membuat hidup kita lebih baik.
Membaca, dalam hal ini, telah menjadi pengalaman yang mengilhami kita untuk menulis sesuatu.
Saya membaca sederet manfaat menulis di sebuah situs kepenulisan. Beberapa butir saya setuju. Beberapa saya kurang sepakat. Beberapa butir saya pilih dan tambahkan pendapat dan pengalaman saya: Â
 * Menulis adalah keterampilan kerja yang penting. Pekerja dengan kemampuan menulis punya nilai lebih. Meskipun pekerjaan itu sama sekali tidak terkait dengan tulisan.  * Menulis adalah dasar utama untuk menilai pekerjaan, pembelajaran, dan kecerdasan seseorang --- di sekolah, di perguruan tinggi, di tempat kerja, dan di masyarakat. Maka kuasailah kemampuan menulis sebagai dasar penilaian itu.