Kalian mungkin sedang mendapatkan tugas sekolah atau ingin ikut lomba musikalisasi puisi. Nah, kadang kan kita bingung mau bawakan puisi apa. Berikut saya bagikan ide puisi dari buku puisi Roman Semesta (Motion, 2014) karya Fitrawan Umar.Â
1. Sebuah Rahasia - Fitrawan Umar
Kita tidak harus saling menunggu
untuk mengalahkan kebodohan diri
atas rindu yang sengaja kita perdaya
Kita tidak mesti saling percaya
untuk memenangkan kebohongan hati
atas rasa yang hendak kita siasati
Nyatanya, kita saling menerka jarak
seberapa jauh, dan dekat lagi?
atas rentang yang kita ciptakan sendiri
kelak kemudian kita taruh prasangka
akukah yang mencintaimu
atau kamukah yang memintaku ke hidupmu?
2. Risalah Hujan - Fitrawan Umar
Banyak hujan jatuh yang tidak pernah sampai ke tanah
mereka tertahan di dedaunan, di dahan-dahan,
di gedung-gedung tinggi penelan cahaya mentari
Kemudian satu per satu dari hujan
menjadi uap di udara
hendak menjadi hujan kembali
Hujan yang lain berhasil menginjak bumi
beberapa tak mampu menembus tanah
tertahan di permukaan
Kemudian satu per satu dari hujan
menjadi luap di darat
hendak mengungkap amarah
Hujan paling bahagia adalah yang terkubur di tanah
mereka melepas rindu pada kenangan
Kemudian satu per satu dari hujan
menjadi hidup di diri alam
3. Â Surah Kenangan - Fitrawan Umar
(1) Kenangan
(2) Apakah kenangan itu?
(3) Dan tahukah kamu apakah kenangan itu?
(4) Pada hari di mana semua luka-tawamu seperti laron
 yang beterbangan
(5) dan senyum-perihmu seperti bulu yang
 dihambur-hamburkan
(6) Maka adapun orang yang masa lalunya bersabar-perih
(7) maka ia berpulang pada bahagia-seri
(8) Dan adapun orang yang masa lalunya berfoya-tawa
(9) maka tempat kembalinya adalah sunyi
(10) Dan tahukah kamu apakah sunyi itu?
(11) Yaitu api kenangan yang penuh pedih
4. Pengakuan - Fitrawan Umar
Sebetulnya, ada daun jatuh meluruh tepat di samping kita sore itu
setelah gemuruh hendak membunuh, dan kita sembunyi dalam lusuh
Hujan pun jatuh satu-satu
detik dan detik menjelma air, jatuh menjadi ragu
Kita memang berada di bawah Samanea saman yang sama
meneduh
memandang hujan yang satu
Namun, kita menjelma ranting
kering, seolah air lupa membasahi
Sebetulnya, ada daun jatuh meluruh di samping kita sore itu
kita melihatnya
Hanya, kita lebih memilih berpikir mengapa daun terjatuh
ketimbang memulai suatu cerita dari daun yang luruh itu
**
Nah, puisi mana menurut kalian yang paling manis dan indah?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H