Mohon tunggu...
Penulis Muda Sambas
Penulis Muda Sambas Mohon Tunggu... Wiraswasta - Keterangan Profil ini benar adanya

Saya Jepriadi, pemuda asal Desa Sungai Kumpai Kecamatan Teluk Keramat Kabupaten Sambas Kalimantan Barat. Kampung (Desa) saya biasa dikenal oleh kebanyakan orang dengan sebutan Semayong. Menjadi Penulis Professional dan Best Seller adalah Cita cita saya sejak dulu. Namun semangat menulis sering turun naik. Semoga saja bisa konsisten menulis dan menulis, untuk pengembangan diri, serta memberikan informasi kepada Dunia bahwa saya ada.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cerita di Sekolah Dasar

18 Januari 2018   16:53 Diperbarui: 18 Januari 2018   19:36 7151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Tribunnews.com

Seragam putih merah pertama yang ku gunakan merupakan awal perjuanganku mengenayam pendidikan. Tahun ajaran baru 1992/1993 aku didaftarkan oleh bapakku untuk belajar menulis huruf A-Z dan membaca di Sekolah Dasar Negeri 51 Semayong. 

Sebelumnya, kedua Abangku juga sekolah di lembaga yang sama. Ketika ku masuk, abangku yang tua (along), Sujiman, telah kelas 6 SD, dan abangku yang kedua (angah), Wahyudi naik kelas 3.

Pagi itu, aku berjalan beriringan dengan kedua abangku untuk menuju Sekolah dihari pertama itu. Kaki yang tanpa alas, berjalan di tanah semayong, tanganku dipegang erat oleh abang kedua ku, Wahyudi, menuntunku hingga tiba di sekolah. 

Aku memang tak merasa asing dengan wajah sekolah SD satu-satunya di kampong ku itu, karena sebelum aku resmi menjadi murid di sekolah itu, aku sering bermain di halaman sekolah. Semua dinding di sekolah itu dinding papan, dengan coreng moreng oleh murid murid nakal, lempengan tanah di dinding sekolah itu. Hah, jorok sekali.

Tiba di sekolah, para murid baru dikumpulkan di depan halaman sekolah, sekitar 80-an orang. Berbaris ala bocah dengan kelakuan nya masing. Kami pun dibagi menjadi 2 kelas. Aku masuk di Kelas 1 A, dengan wali kelas Ibu Guru Sulastri. 

"Jepriadi, Kasman, Wahdi, Jasimah, Gusniarti, dan sederet nama yang disebutkan, ikuti ibu yang cantik itu, kata Bapak Kepala Sekolah, Suhaimi sambil menujuk wali kelas ibu yang akhirnya kami kenal ibu Sulastri.

Sambil berlari kami pun berebut untuk masuk ke kelas yang telah di tunjukkan oleh kepala sekolah. Tanpa sadar, wali kelas pun kami lewati dengan lajunya. 

Kami berlari seakan berlomba siapa yang dulu masuk kelas ialah yang akan menjadi pemenang di kelas nanti. Umurku pada saat masuk sekolah sudah 7 tahun. Karena pada waktu itu, umur anak yang belum mencapai 7 tahun tak dibolehkan untuk sekolah. Tak tahu apa alas an sekolah membuat keputusan seperti itu.

Aku mengambil kursi diposisi paling depan sebelah kanan (sebelah kiri guru) bersama temanku, kasman.  Pilihanku memang tak memiliki alasan apa-apa, hanya karena posisi itu paling dekat dengan pintu, sehingga aku bisa melihat pemandangan diluar kelas ketika aku bosan mendengarkan penjelasan guru nanti. Tak lama di dalam kelas, rasanya aku ingin mengeluarkan air dari kemaluanku.

Dengan tergagap aku menyampaikan keinginanku kepada ibu guru.

Bu, saya mau permisi buang air kecil! Selorohku.... Seraya bergegas dan terseok seok menahan akan keluarnya air mancur...

Iya silakan, Tapi jangan lama-lama ya, jawab ibu guru singkat......

Iya bu,.... Sahutku...

Kakiku pun melangkah keluar kelas. Ternyata, taka da WC/Toilet di sekolah ini. Tanpa rasa malu, aku pun buang air kecil di belakang kelas. Belakangan baru ku ketahui toilet hanya ada di ruang guru, dan itu hanya untuk guru. Setelah urusanku selesai, aku pun langsung masuk ke kelas kembali untuk menerima pelajaran pertama oleh guruku.

Baik lah anak-anak, selamat datang di Sekolah ini, Sapa ibu guru membuka percakapan.

Ibu akan mengenalkan nama ibu terlebih dahulu, ibu itu melanjutkan. nama ibu, Sulastri.

Lalu ibu itu menuliskan namanya di papan tulis, S.U.L.A.T.R.I., ibu berasal dari Desa Sekura. Ibu menjadi wali kelas kalian.

Mungkin cukup sudah perkenalan dari ibu, sekarang ibu akan mengabsen nama nama kalian. Bu Lastri, panggilan akrab dari ibu Sulastri pun membacakan nama-nama kami sesuai abjad dari A sampai dengan Z. namaku yang berawalan J terpaksa harus berada di posisi 19.

Prestasiku dikelas 1 boleh dibilang cukup baik, karena sebelum aku masuk sekolah, abangku sering mengajarkan ku mencoret-coret buku di rumah. Begitu juga dengan bapakku....

.......................................................................................

Mengenang masa masa kecil saat bersekolah dasar di kampong yang kucinta hingga kini... Apapun kondisinya kampong ku tetap menjadi nomor satu (1). Semoga kelak disuatu hari aku bisa membangun kampong ku dengan sedaya upaya yang kumiliki. Allah pasti mendengar apa yang telah diniatkan oleh hambanya. Aamiin.

Jepriadi Tarmiji Su'ib

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun