Air matanya jatuh membasahi pipi, menyadari bahwa kebahagiaannya hanya sekejap.Â
Hari yang seharusnya menjadi momen paling indah dalam hidupnya berubah menjadi tragedi.
Dalam waktu singkat, janur kuning yang menghiasi gerbang rumah berubah fungsi.Â
Alih-alih simbol kebahagiaan, janur itu kini menjadi pertanda duka. Bendera kuning dipasang, menandakan kematian Alina.Â
Warga desa yang sebelumnya datang dengan wajah ceria kini kembali dengan hati yang pilu.
Di tengah kepedihan, Boriel duduk di samping jenazah isterinya yang masih dalam pakaian pengantin.Â
Ia menggenggam tangan Alina, seolah ingin memastikan bahwa momen ini bukan mimpi buruk.Â
"Alina, kita memang sudah bersatu, meski hanya sebentar. Aku yakin Allah punya rencana yang lebih indah untuk kita," ucapnya lirih.
Hari itu, janur kuning berubah menjadi simbol dua hal: pernikahan yang sah, dan perpisahan yang tragis.Â
Meski berat, Boriel mencoba ikhlas menerima takdir. Dalam hati, ia berjanji akan selalu mengenang Rahman sebagai cinta sejatinya, meski mereka hanya sempat bersama dalam waktu yang sangat singkat. ***