"Yeeh si engkoh. Agama gue 86 lah (lapan anam). Udah jangan lama-lama, mana sinih jatah gw, mo pulang kampung nih," ujar wartawan senior sambil cekikikan.
Meski mendumel, si engkoh akhirnya menarik beberapa lembar (kurang lebih 10 lembar) dari tumpukan uang yang ia sudah ikat dengan karet dan menyodorkan ke lengan wartawan senior.
Melihat peristiwa tersebut, wartawan junior perlahan-lahan menaikkan lengannya dan menutupi logo media yang terpampang di dada kiri seragamnya. "Kampreeeet," gumam sang junior sambil lengan satunya mengelap keringat dingin yang bercucuran di dahinya. Ia baru tahu, maksud si senior mengajaknya ke tempat itu.
Sedangkan wartawan senior segera menyambut sodoran uang dari si engkoh.
"Terima kasih koh. Semoga di tahun baru ini, usahanya semakin makmur dan maju," doa basa basi wartawan senior sambil berpamitan dan meninggalkan ruangan kios tersebut.
"Itu engkoh dulu pernah gw bantu kasusnya. Nih lu gw bagi 3 liter aja yah," ujar wartawan senior sambil mengantongkan 3 lembar uang ke kantong baju wartawan junior.
Mereka berdua pun berlalu menuju lokasi di mana motor wartawan senior terparkir. Mereka pun berpisah.
NB
Hikmah yang diambil si junior:
Meski sebentar ikut si senior, dia belajar bahwa pengalaman begitu mudahnya mendapat uang di tengah sulitnya kehidupan, dapat menggoncang iman seseorang. (Kamus Kewartawanan Amplop di sini)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H