Dia mengingatkan tikus sangat tangguh untuk bertahan  dan mudah  beradaptasi terhadap peurbahan lingkungan. Sejarah bumi menunjukkan bahwa tikus mampu bertahan melewati zaman es.  Cuaca lebih hangat membuat mereka mudah berkembang biak. Berbeda dengan lembu kesturi  yang tidak bakal bertahan dengan cuaca hangat.
Mengapa jumlah tikus meningkat
Jonathan Rihardson menyampaikan ketika cuaca dingin, tikus cenderung menghabiskan lebih sedikit waktu di luar ruangan untuk mencari makanan. Mereka memiliki waktu di atas tanah untuk mencari makanan.
"Nah, cuaca hangat menjadi  lebih lama hingga musim gugur atau musim dingin bahkan lebih awal di musim semi memungkinkan tikus berada di atas tanah, mencari makan sedikit lebih lama. Bertambahnya makanan membuat mereka berkembang biak dan menciptakan lebih banyak bayi tikus," papar Jonathan.
Dia menuturkan satu atau dua minggu suhu hangat yang tidak normal selama musim dingin  cukup memberikan kesempatan  mengisi persediaan makanan mereka dengan melarikan sepotong pizza.
Banjir bandang  menghantam Toronto pada 2024  menyebabkan kerugian bukan saja menyebabkan kerugian materi tetapi membuat para tikus mengungsi ke permukaan dan masuk ke rumah-rumah dan bangunan milik penduduk yang membuat mereka melakukan reproduksi dengan cepat.
Nah, Richardson menyerukan perubahan iklim menambah tantangan tambahan bagi kota-kota, yaitu harus  mengatasi hama tikus. Satwa ini menyebarkan patogen atau penyakit yang bisa menganggu dan membahayakan kesehatan manusia dan kerusakan infrastruktur tentunya.
Dia mendesak pemerintah kota sudah saatnya mengkaji pembuangan makanan, mengelola lokasi konstruksi bangunan untuk mengendalikan populasi tikus dalam skala lebih besar.
Pengajar Ilmu Kesehatan Simon Fraser Kaylee Byers mengapresiasi penelitian ini dan berharap dapat menjadi masukan bagi stake holder bagaimana perubahan kota memengaruhi populasi tikus termasuk juga dampak perubahan iklim.
Byers mengatakan tikus dapat menyebar secara tidak merata di seluruh kota dan seperti halnya manusia, sangat setia pada lingkungan tempat tinggalnya, beberapa tidak pernah bepergian lebih dari 100 kaki dari rumah.
"Kuncinya memang berpulang pada manusia sendiri dalam mengelola sampaj makanan dan membatasi akses bagi tikus untuk keluar masuk ke tempat sampah," ucap Byers.