Ekspedisi Howard Carter  itu berupa menjadi rumor yang menyeramkan ketika pendukung finansial ekspedisi tersebut meninggal karena gigitan nyamuk yang terinfeksi. Seorang novelis kemudian menjadikan rumor itu akibat dari kutukan dalam suratnya kepada New York World.
Narasi tersebut begitu mengakar sehingga kematian siapa pun yang pernah mengikuti ekspedisi atau mengunjungi makam tersebut dikaitkan dengan kutukan, apa pun penyebabnya.
Baca:  How Hollywood Turned Mummies Monster  Â
Rumor itu melahirkan film hitam putih berjudul Mummy produksi 1932. Tokoh antagonisnya mumi dari pendeta yang punya ilmu sihir bernama Imhotep yang bangkit karena tempatnya terkurung dibuka.
Ceritanya mengambil setting ekspedisi Howard, yaitu pada n921, sebuah ekspedisi arkeologi yang dipimpin oleh Sir Joseph Whemple menemukan mumi seorang pendeta tinggi Mesir kuno bernama Imhotep.
Pemeriksaan mumi  oleh pakar lainnyaa Dr. Muller mengungkapkan bahwa isi perut mumi tersebut tidak dikeluarkan, dan dari tanda-tanda perjuangan, Muller menyimpulkan bahwa meskipun Imhotep telah dibungkus seperti mumi tradisional, ia telah dikubur hidup-hidup.
Imhotep ingin membangkitkan arwah kekasihnya, seorang putri bernama Anck-es-en-Amon di Mesir Kuno dengan perantaraan Helen Grosvenor, seorang wanita keturunan Mesir yang sangat mirip dengan sang putri melalui upacara. Tentunaya membahayakan jiwa perempuan itu.
Versi jadul itu menjadi mengerikan walau hitam putih. Boris Karloff memerankan sosok mumi pendeta yang menyaru sebagai seorang sejarawan  esentrik Mesir bernama Ardath Bey, tampil begitu dingin.
Boris Karloff kondang waku itu setelah sukses memerankan Frankenstein (1931), manusia rekaan dari potongan tubuh oleh seorang ilmuwan yang melakukan teror. Â
Bagi saya The Mummy versi 1932 artistik dan menarik karena tidak ada jagoan laki-laki di sini. Helen menghancurkan Imhotep dengan pertolongan Dewi Isis karena dia adalah reinkarnasi dari Sang Putri. Caranya dengan membakar gulungan naskah berisi mantera untuk membangkitkan.