Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review The Downfall (2004), Potret Hari-Hari Terakhir Hitler

20 Januari 2025   15:32 Diperbarui: 20 Januari 2025   15:32 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adegan dalam Film The Downfalll- Foto: https://headsfilmreviews.com/2017/01/29/wwii-film-review-downfall-2004/

Jadi apa dong yang menyebabkan begitu fanatiknya mereka pada Hitler. Itu dijawab seorang jenderalnya: Tidak ada lagi November 1918 (perjanjian Versailles) yang membuat ribuan perempuan Jerman jadi pelacur. Perjanjian yang membuat pelayan toko di Jerman kewalahan mengembalikan beberapa dollar dengan uang DM Jerman yang jatuh.

Pada saat ekonomi Jerman morat-marit, orang Yahudi justru kaya karena dukungan finansial dari Amerika Serikat, "Aku membersihkan Lebensraum dari debu Yahudi," ucap Hitler.

Hitler adalah produk keserakahan negara-negara pemenang Perang Dunia I.  Hitler adalah produk kapitalisme yang menciptakan setan. Sejarah membuktikan sekalipun Hitler kalah dalam perang, tetapi dia membuat bangsa Jerman tidak lagi diperlakukan semena-mena oleh bangsa negara lain di Eropa.

Dari departemen kasting di luar penampilan Bruno Ganz yang mampu memerankan Hitler sampai gestur tubuhnya dengan luar biasa,  penampilan Juliane Khler sebagai Eva Braun patut dipresiasi.  

Kohler berhasil menggambarkan Eva Braun seperti Hitler hidup di dunia yang penuh dengan penyangkalan besar. Idenya untuk mengatasi Reich yang runtuh adalah dengan menari, minum-minum, dan berpesta.

Film ini pertama dirilis di Toronto pada 2004.  Setahun kemudian The Downfall mendapat nominasi Oscar untuk film asing terbaik. The Downfall membuat polemik karena tidak lagi memandang Hitler sebagai monster yang mengerikan, tetapi sebagai manusia biasa, setidaknya seimbang.

Kalau bagi saya, Hitler dan Nazi-nya  memang pelanggar Hak Asasi Manusia berat, tetapi bukankah kalau Jerman tidak menyerang Belanda, tentunya belum tentu ada orang dari Belanda yang merasa apa yang dilakukan menjajah Indonesia salah.  Apa yang dilakukan Belanda ketika  menyerbu Indonesia sama saja dengan Nazi ketika menyerbu negeri kincir itu dalam Perang Dunia II. 

Irvan Sjafari

Foto: https://headsfilmreviews.com/wp-content/uploads/2017/01/screen-shot-2017-01-28-at-11-45-47-pm.jpg

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun