Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pakar Gastronomi dan Chef Masakan Tradisional Dukung Gerakan Locavore

8 Januari 2025   01:03 Diperbarui: 9 Januari 2025   12:01 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada economic safety belt yang kokoh ketika masyarakat secara ekonomi bisa mendorong petani lebih kuat dengan mengkonsumsi lokal untuk kesejahteraan masyarakat lokal juga

Secara ekonomi bisa membantu petani dalam mendapatkan harga yang lebih wajar untuk produk yang mereka tanam. Di Sumatra Barat sendiri bahan bahan lokal kadang sering ditemukan di halaman  rumah sendiri.  

"Dulu orangtua kita jauh lebih mandiri daripada kita. Ayam ada di belakang rumah komplit dengan kolam ikan dan sayuran. Telur tiap hari melimpah dan daging tinggal di makan. Ayam sekali sebulan bisa dikonsumsi secara bergantian jika memelihara 10-15 ekor."  ungkap Dian ketika saya hubungi, 7 Januari 2025.

Dian Anugrah-Foto:Rikza Desri Yusfita https://padang.tribunnews.com/2019/08/07
Dian Anugrah-Foto:Rikza Desri Yusfita https://padang.tribunnews.com/2019/08/07

CEO Rendang Minang ini menyampaikan menemukan  banyak konten pertanian dan perkebunan ada beberapa rumah pribadi menjadikan pagar itu berupa kandang ayam yang dibuat estetik dan tidak bau. Sehingga pupuk gratis, telur gratis, ikan bisa dipanen secara berkala.

"Pelestarian makanan minang secara umum sudah dilakukan pemerintah Sumatra Barat melalui dinas dinas pariwisatanya. Namun mengumpulkan seluruh  resep masakan minang terbaik di seluruh Sumatra Barat secara paripurna belum ada," ungkap alumni Jurusan Hukum Tata Negara Universitas Andalas ini.

Sukar memperkirakan berapa jumlah kulinernya.  Namun yang saya pernah cicipi rendang, dendeng batokok, gajebo, daging cancang, ayam cabai hijau, ayam balado, ayam pop, ikan gulai masin, ikan pangek, tunjang, gulai usus, gulai babat, ati ampa balado, gulai pakis, gulai Nangka, sate Padang, Soto Padang  dan sebagainya, paling tidak di atas 30-an menu.

Bagaimana catatan mengenai kuliner Masakan Minang menurut sumber Belanda? Saya menemukan Iklan di De Locomoetief 27 Juli 1920,  Sumatra Post 10 Agustus 1920 yang memuat menu Rendang Padang di antara menu-menu "Indie", seperti gado-gado, sambel goreng pete, sayur lodeh.

Kemungkinan rumah makan yang menjual masakan Minang  sudah ada era itu atau berapa tahun sebelum 1920 dan setahu penulis Sate Padang Mak Syukur berdiri 1941.  

Di perantauan, Iklan Pikiran Rakjat 7 Juli 1950 menyebut sudah ada Rumah Makan masakan Minang di belakang bioskop Oriental, Kota Bandung.  Jadi kemungkinan rumah makan masakan Minang sudah di beberapa kota Jawa sebelum itu.

Irvan Sjafari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun