Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Manusia dan Kucing dalam Catatan Sejarah, Sahabat yang Independen

4 Januari 2025   17:02 Diperbarui: 4 Januari 2025   17:02 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kucing di Istambul  Foto: https://cityofistanbul.net/istanbul-cats-reality/

Namun hubungan manusia dan kucing tidak selalu abaik, di Eropa pada abad pertengahan kucing dianggap sebagai sekutu penyihir dan iblis. Orang Eropa banyak membunuh kucing dan ini menjadi fatal karena tikus tidak mempunyai predator. Akibatnya ditanggung sendiri oleh masyarakat Eropa ketika berkecamuk wabah sampar yang menumpas dua puluh lima juta manusia.

Walaupun wabah  bubonic ini sudah terjadi sebelum pembantaian kucing, faktanya memang wabah sejak  1233-1348 populasihewan pengerat memang berkembang biak dengan cepat karena tidak adanya populasi kucing yang besar.

Baca: Joshua J. Mark "Cats in Middle Age" dalam Worldhistory.Org 20 Mei 2019. 

Setelah abad pertengahan barulah citra kucing di dunia Barat pulih. Dongeng rakyat Italia dan Prancis berjudul "Kucing Bersepatu Lars"  diperkirakan ada sekitar 1550 hingga 1697 merupakan gambaran mengenai pemulihan hubungan manusia dan kucing. Dalam dongeng kucing membantu tuannya  dari kalangan miskin memperoleh status bangsawan dengan tipu muslihat.

Namun Turki yang paling memberikan tempat terhormat terhadap kucing. Sejarawan Zafer Bilgi mengungkapkan  menyoroti pada masa pemerintahan Sultan Murad III pada tahun 1600-an, kekaisaran tmengeluarkan deklarasi hak-hak hewan. Hal ini pertama kali ada  di dunia.

Menurut Bilgi Kekaisaran Ottoman memandang semua mahluk hidup adalah amanat Tuhan. "Seperti halna kehidupan manusia, kita harus memberikan rasa hormat kepada kucing, anjing maupun burung," kata Bilgi seperti dikutip dari Turkey Today. 

"Dalam pandangan dunia Ottoman, semua makhluk hidup dipandang sebagai amanat Tuhan kepada kita. Sama seperti kita menghargai kehidupan manusia, kita harus memberikan rasa hormat dan perhatian yang sama kepada hewan, baik itu kucing, anjing, burung, atau makhluk lainnya.

Selain terkait dengan kesalehan dalam ajaran Islam, dalam konteks Kekaisaran Ottoman, kucing dipandang mengendalikan populasi tikus sekaligus juga meminimalkan sampah makanan karena kucing makan sisa manusia.

Jadi tidak mengherankan Turki memiliki empat ekor kucing liar di seluruh negeri. Dari jumlah itu antara 125.000 hingga 750 ribu ekor ada di Istambul.    Baca:   Sundial Press  20 November 2023

Selain Turki, Amerika Serikat, kucing adalah hewan peliharaan rumahan yang paling populer, dengan 90 juta kucing peliharaan berkeliaran di sekitar 34 persen rumah di AS.  

Irvan Sjafari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun