Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review The Dancer Upstairs (2002), Drama Manusia dalam Pemberontakan Maois Peru

25 Desember 2024   15:28 Diperbarui: 25 Desember 2024   15:29 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mulai iseng lagi memindahkan tulisan-tulisan di diary saya sejak 1983 hingga 2023,  yang sebetulnya tertutup akhirnya saya buka untuk dikonsumsi publik tentu saja sudah disensor.

Seperti tujuan saya menulis di Kompasiana ialah mengungkapkan semua catatan saya ketika main ke Perpustakaan Nasional, LIPI jadi tulisan, tulisan di diary merupakan pemikiran-pemikiran yang mungkin berguna.  Di antaranya review flm berjudul  "The Dancer Upstairs" (rilis 2002) berdasarkan sebuah novel karya Nichoalas Shakespeare pada 1997.

Review

Jangan pernah menghubungiku lagi, karena aku sudah mati.

Aku hanya hidup untuk revolusi.

Itu sebagian kalimat yang ditulis Yolanda (Laura Morante)  dalam sebuah surat kepada Inspektur Agustin Rejas (Javier Bardem).  Yolanda adalah ballerina yang dipenjara karena terlibat gerakan revolusi yang dipimpin  tokoh misterius bernama Ezequiel

Tragisnya hubungan Rejas dan Yolanda lebih dari sahabat karena Yolanda guru balet anak Rejas. Namun apa daya tugas sebagai abdi negara membuat Rejas mengesampingkan perasaannya, sementara Yolanda kukuh pada ideologinya. Rejas ditugaskan menyelidiki suatu kelompok teroris yang merongrong pemerintah.

"The Dancer Upstairs" yang saya tonton dua kali di sebuah festival film dan di video berlatar belakang pemberontakan di sebuah negara Amerika Latin 1980-an. Negara yang sedang merosot kredilitas pemerintahannya menghadapi serangan geriliya beraliran kiri.  Kemungkinan dasar cerita ini ialah pemberontakan Shining Path, suatu kelompok teroris Maois di Peru.

Pemberontakan ini sukar ditumpas karena didukung oleh akar rumput. Bisa jadi salah seorang pemberontak adalah orang dekat pejabat pemerintah.  Para pemberontak ini menerbar teror dengan cara menggantung anjing-anjing di tempat yang terlihat oleh publik. Di Tiongkok, seekor anjing mati merupakan simbol tiran yang dieksekusi oleh rakyat, seperti yang kita ketahui.

Dalam sebuah adegan, seorang pejabat tinggi  dijebak oleh empat gadis  dengan rok menggodanya. Perwira itu  keluar dari monil tahan peluru padahal sekawanan bersenjata sudah menanti  dan memberondongnya.  Adegan ini memperlihatkan betapa kuatnya pendukung pemberontak hingga anak sekolah.  Sementara adegan itu mengungkapkan betapa moralitas pejabat merosot, bisa-bisa dipancing oleh hal yang cabul.

Rejas sendiri memihak pemerintah, padahal perkebunan milik ayahnya dirampas oleh pemerintahan militer. Absurd. Dia sendiri menjadi pengacara kalah ketika menangani kasus menghadapi lawan kliennya karena korupsi pemerintah. Satu-satunya yang bisa dilakukan Rejas menolak untuk disuap.

Rejas sendiri sebetulnya sudah punya istri dan bahagia dengan pernikahannya dengan memanjakan putrinya.  Namun dia suka menghabiskan waktu yang lama jauh dari rumah.  Sementara Sang Istri punya obsesi memperbaiki hidungnya. 

Rejas berselingkuh dengan Yolanda.  Jadi bagaimana moralitas dia sendiri? Ingin menyelidiki dalang gerakan teroris, tetapi dia berhubungan cinta dengan teroris juga?

"The Dancer Upstairs" memperlihatkan bagaimana tokoh Rejas sulit melakukan pekerjaan ketika orang-orang yang seharusnya bertanggung jawab tidak peduli. Para elite poltik  tidak tahu bagaimana cara melayani rakyat  dengan benar. Mereka hanya peduli bagaimana mempertahankan  kekuasaan.  

Rejas harus menyelidiki bagaimana mendapatkan pimpinan yang disebut teroris oleh pemerintah itu yang tidak terlihat. Pimpinan teroris yang hidup dengan legenda dan rumor, tetapi dicintai pengikutnya.

Menyaksikan film ini membuat saya bertanya apa yang membuat seseorang bisa begitu fanatik mendukung seorang pemimpin dan rela menyerahkan nyawanya demi perjuangan Sang Pemimpin.  Bisa jadi karena dia berharap adanya perubahan yang lebih baik.

Ia ada di tiap detik

Ia adalah angin di tiap pepohonan

Demikian kata seorang petani pada Rojas mengenai pemimpin pemberontak yang kharismatis.

Kehadiran pemimpin adalah spirit bagi pengikutnya. Dia seperti penyihir yang sangat kuat. Pengikut seperti ini diwakili oleh Yolanda Sementara di sisi lain ada yang mengikuti pemimpin karena terpaksa.  Bisa juga karena tujuan lain dan bila pemimpin itujatuh maka dia balik mencaci.

Seorang diktaktor mungkin bisa berkuasa lama dan menang terhadap penentangnya, tetapi dia tidak bisa membunuh pemikiran yang menyebar.  Ide itu seperti bibit yang dibawa angin yang suatu hari jatuh ke tanah entah di mana dan ketika habitatnya tepat akan tumbuh lagi. Kemiskinan dan ketidakadilan sosial menjadi lahan subur untuk tumbuhnya idoelogi radikal. 

Sekalipun bisa jadi ideologi itu tidak persis sama  dari awalnya tetapi berevolusi dengan akar yang sama, seperti kiri baru menafsirkan Marxisme menjadi anti kemapanan.

Demikian petikan catatan saya di diary pada 10 April 2005 tentang film yang disutradarai John Malkovich dirilis 2002, produksi bersama Amerika Serikat dan Spanyol. 

Waktu itu saya belum menyadari bahwa Javier Bardem kelak melejit di papan atas perfilman Amerika, seperti "No Country for Old Men" (2007), dimana dia menenangkan Oscar sebagai peran pendukung pria terbaik menjadi seorang penjahat,  "Eat, Pray and Love" (2010), film James Bond "Skyfall".

Adegan dalam The Dancer Upstairs-Foto: https://binadaigeler.com/portfolio/the-dancer-upstairs/
Adegan dalam The Dancer Upstairs-Foto: https://binadaigeler.com/portfolio/the-dancer-upstairs/

Shinning Path dalam Sejarah 

Menurut  Britannica, aslinya  Shining Path (berarti jalan terang)  berdiri pada 1970, merupakan pecahan dari Nasional San Cristbal de Huamanga (Partai Komunis Peru)  di kota Ayacucho di Pegunungan Andes

Pendiri dan pemimpin utamanya ialah Abimael Guzman, guru besar filsafat di Universitas Nasional. Dia dan pengikutnya bertujuan memulihkan idoelogi murni dari Mao Zedong dan mengadopsi Revolusi Kebudayaan Tiongkok.

Pada praktiknya cara dilakukan mengandalkan kaum tani dan menggunakan teror yang kejam. Pemberontakkan dimulai pada 1980-an. Dia dengan cepat  menguasai distrik pedesaan dan perkotaan yang miskin di Peru tengah dan selatan.

Guzaman tertangkap pada 12 September 1992 dan dijatuhi hukuman seumur hidup.  Penggantinya Ocar Ramirez Durand ditangkap Juli 199 dan dijatuhi hukuman yang sama. 

Komite kebenaran dan Rekonsilasi Peru pada 2003 mengungkapkan pemberontakan ini menyebabkan 37.800 kematian dan aktivitasnya menggangu perekonomian negara itu. 

Pemberontakan ini melemah dan tidak sekuat sebelum pemimpin utama tertangka[,  namun diperkirakan masih ada  di lembah terpencil. Aliansi dengan kartel narkoba membuat kelompok ini tetap eksis.

Irvan Sjafari

Foto:

https://binadaigeler.com/portfolio/the-dancer-upstairs/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun