Mulai iseng lagi memindahkan tulisan-tulisan di diary saya sejak 1983 hingga 2023, Â yang sebetulnya tertutup akhirnya saya buka untuk dikonsumsi publik tentu saja sudah disensor.
Seperti tujuan saya menulis di Kompasiana ialah mengungkapkan semua catatan saya ketika main ke Perpustakaan Nasional, LIPI jadi tulisan, tulisan di diary merupakan pemikiran-pemikiran yang mungkin berguna.  Di antaranya review flm berjudul  "The Dancer Upstairs" (rilis 2002) berdasarkan sebuah novel karya Nichoalas Shakespeare pada 1997.
Review
Jangan pernah menghubungiku lagi, karena aku sudah mati.
Aku hanya hidup untuk revolusi.
Itu sebagian kalimat yang ditulis Yolanda (Laura Morante)  dalam sebuah surat kepada Inspektur Agustin Rejas (Javier Bardem).  Yolanda adalah ballerina yang dipenjara karena terlibat gerakan revolusi yang dipimpin  tokoh misterius bernama Ezequiel
Tragisnya hubungan Rejas dan Yolanda lebih dari sahabat karena Yolanda guru balet anak Rejas. Namun apa daya tugas sebagai abdi negara membuat Rejas mengesampingkan perasaannya, sementara Yolanda kukuh pada ideologinya. Rejas ditugaskan menyelidiki suatu kelompok teroris yang merongrong pemerintah.
"The Dancer Upstairs" yang saya tonton dua kali di sebuah festival film dan di video berlatar belakang pemberontakan di sebuah negara Amerika Latin 1980-an. Negara yang sedang merosot kredilitas pemerintahannya menghadapi serangan geriliya beraliran kiri. Â Kemungkinan dasar cerita ini ialah pemberontakan Shining Path, suatu kelompok teroris Maois di Peru.
Pemberontakan ini sukar ditumpas karena didukung oleh akar rumput. Bisa jadi salah seorang pemberontak adalah orang dekat pejabat pemerintah. Â Para pemberontak ini menerbar teror dengan cara menggantung anjing-anjing di tempat yang terlihat oleh publik. Di Tiongkok, seekor anjing mati merupakan simbol tiran yang dieksekusi oleh rakyat, seperti yang kita ketahui.
Dalam sebuah adegan, seorang pejabat tinggi  dijebak oleh empat gadis  dengan rok menggodanya. Perwira itu  keluar dari monil tahan peluru padahal sekawanan bersenjata sudah menanti  dan memberondongnya.  Adegan ini memperlihatkan betapa kuatnya pendukung pemberontak hingga anak sekolah.  Sementara adegan itu mengungkapkan betapa moralitas pejabat merosot, bisa-bisa dipancing oleh hal yang cabul.