Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Kok Bisa Waktu Tempuh Cinere-Bandung Sama dengan Cinere-Kelapa Gading?

13 Desember 2024   09:16 Diperbarui: 15 Desember 2024   17:09 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jembatan Pasupati Bandung. (Foto: Ranie Esem on Flickr via kompas.com)

Berapa tahun belakangan ini bisa kerja dari rumah karena bisa menulis karena internet semakin baik dan ke kantor juga alau ada rapat atau lagi liputan. Keberadaan ojek online bisa membantu memangkas waktu. Memang hybrid, sebagian WFH dan sebagian di kantor juga solusi.

Kuncinya ternyata umumnya tempat bekerja mereka yang ada di Kota Satelit dengan kantornya umumnya terpusat di lokasi tertentu, seperti Jakarta Pusat, atau daerah bisnis seperti Kelapa Gading, Jakarta Barat yang untuk kos di sekitar tempat itu mahal.

Sementara kota satelit seperti Depok dan Bekasi jalan-jalannya kecil dan macet pula. Jadi pada jam sibuk, sudah macet di Jakarta, macet juga di kota satelit.  Praktis Depok atau Bekasi hanya kota dormitory (hanya untuk tidur).

Kalau di Bandung agak beda, sebaran tempat kerja lebih merata, hanya saja jalan-jalannya kecil dan rasio kepemilikan kendaraan bermotor dengan populasi nyaris setara.

Sementara Jakarta rasionya memang kurang tetapi arus kendaraannya melalui jalan-jalan itu saja, seperti Jalan Rasuna Said, Sudirman-Thamrin, Gatot Subroto, Pasarminggu, walau lebih besar, tetapi kendaraan lewat lebih banyak.  Ada MRT memang ada pengaruhnya tetapi saya kira untuk akses Lebak Bulus- Thamrin.  Itu pun bagi yang mau.

Kehilangan gairah untuk olahraga? Ya, tentu saja. Kalau di Bandung, suntuk bisa kabur ke Taman Hutan Raya Djuanda atau Babakan Siliwangi.  Masih ada hutan kota yang segar. Ruang Terbuka Hijau di Bandung 12 persen.

Kalau Jakarta, ya bisa di Senayan, selebihnya harus jogging di udara  polusi dan saya biasanya olahraga kalau menginap di kantor paginya atau sorenya. Ruang Terbuka Hijau di Jakarta 5 persen.

Harus Kompasiana tanya sama yang kerja dan tinggal di Yogyakarta apakah ada problem yang sama? Apa mereka menghabiskan waktu satu jam di jalan. Jangan-jangan tidak.

Jangan-jangan jompo sebelumnya waktunya adalah problem Jakarta dan sekitarnya, mungkin juga di Surabaya dan Medan.  Tetapi coba tanya dengan yang di Padang atau ibu kota yang lebih kecil atau kota seperti Malang.

Problem mungkin bagi yang tinggal di Bandung adalah kuliah di kawasan Jatinangor-tetapi ada Jalan Tol sih, saya pernah coba dengan Bus Damri tidak terlalu macet karena ada akses tol, sementara kuliah di dalam kota sekitar Dipati Ukur problem bagi mereka yang tinggal di pinggiran Bandung.

Untuk Jakarta, mereka yang kuliah di UI atau kampus lain di Lenteng Agung-Margonda, ada kereta commuter memang ramai tetapi mengurangi waktu tempuh dan relatif nyaman, sementara naik bus macet di jalan pada jam sibuk karena singgungan dengan mereka yang kerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun