"Oh, une amie," jawabku.
"Monsieur, Il a une special femme en Bandung," tiba-tiba Gendis menyerobot."Peut etre."
Dia juga lebih mahir berbahasa Prancis. Â Kami langsung memasuki ruang perpustakaan. Setelah mengurus kartu baru yang cukup mahal bayarannya, aku langsung mencari buku-buku tentang Napoleon. Â Sementara Gendis lebih suka ke bagian majalah. Aku kira dia membaca Elle, ternyata tidak dia malah membaca Le Point atau Nouvel Observateur.
"Buku Napoleon?" katanya melihat aku membawa buku itu?"
"Iya, mau dikopi untuk adik aku di Bandung. Sekalian dibawa sambil nonton Konser Balada Sirkusnya Yura," sahutku.
"Oh, iya aku juga akan nonton. Kita bisa ketemuan di sana?"
Bandung, Panti Budaya, Senin, 2 September 1957
"Widy! Kamu jadi daftar juga!" Maria Jasmine Sameh kawannya bersorak, ketika melihat  perempuan itu mendaftar di Gedung Panti Budaya. Syafri berada di samping mengurus administrasi dan biaya pendaftaran.  Namun Maria tidak mendaftar, dia memang ingin melihat Widy datang.  Dia sudah mulai kuliah arsitektur Fakultas Teknik  sejak tahun lalu.
Widy tak bisa menyembunyikan kegembirannya. Dia mengecup pipi Syafri  sambil menyerahkan ijazah SMA-nya untuk persyarata mendaftar ke Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat.  Seluruhnya ada empat fakultas, yaitu Fakultas Kedokteran, Fakultas Ekonomi dan Fakultas Keguruan dan Pendidikan.
Tak lama kemudian Paramitha datang bersama Angga, Yoga, Utari, Hein, Rinitje.  Para sahabat itu berkumpul. Paramitha rupanya  mendaftar ke Fakultas Keguruan dan Pendidikan.
"Masih ada ujian masuk sayang.  Aku dengar hanya berapa puluh  yang diterima di Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat, tetapi yang daftar bisa dua atau tiga kali, ratusan" kata Syafri,