Kita  menetapkan batasan yang sehat dalam hubungan, serta berani untuk berkata "tidak" jika sesuatu tidak sesuai dengan nilai atau kebutuhan kita.
Hal ini juga mencakup memberi ruang untuk merasa, merawat diri melalui aktivitas yang memberi kebahagiaan, serta memahami bahwa kesalahan dan ketidaksempurnaan adalah bagian dari proses pertumbuhan.
Banyak miss persepsi tentang self love yang seolah-olah self love bicara kenyamanan dan kebahagiaan semata, di luar dari hal tersebut mencintai diri bukan selalu yang nyaman saja.
"Para mahasiswa mengerjakan tugas dengan baik merupakan cara self love karena menghargai dan mendukung perkembangan diri, sebaliknya ketika mahasiswa tidak mengerjakan tugas dengan baik dia tidak mencintai dirinya, dan tidak mendukung perkembangan pada dirinya," papar perempuan kelahiran 5 Februari 1994 ini.
Mudah Terengaruh, Bisa Merusak Diri
Mengapa ini penting? Lanjut Rhyma, karena hanya dengan mencintai diri sendiri, kita bisa memberikan kasih sayang yang tulus kepada orang lain. Tanpa rasa cinta dan penghargaan terhadap diri sendiri, kita rentan merasa kosong, mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain, atau bahkan cenderung merusak diri.
Ketika kita mencintai diri, kita juga lebih bisa menerima dan menghargai orang lain, yang tentunya mendukung hubungan yang lebih sehat dan bahagia.
Menurut Rhyma generasi milenial dan Z  menghadapi  banyak tantangan, terutama dengan tekanan media sosial yang bisa membuat orang merasa kurang atau tidak cukup.
"Meski begitu, semakin banyak orang yang mulai menyadari pentingnya menghargai diri sendiri, dengan cara berbicara lebih terbuka tentang perasaan dan mengutamakan kesejahteraan mereka," pungkas Rhyma ketika saya hubungi, 5 November 2024.
Apa yang disampaikan Rhyma memang menjadi isu sosial setelah sudah banyak masyarakat yang aktif  di media sosial dan banyak menjadi kajian berbagai bidang, terutama  pendidikan dan psikologi.
Elsa Nadia Riani dan kawan-kawannya dalam artikelnya  bertajuk "Pentingnya Self of love Serta Cara Penerapannya dalam Diri" dalam Sicedu, Science and Education Journal  Vol. 1 Nomor 2 (Oktober 202)  mengaitkan isu ini dengan semakin maraknya masyarakat, khususnya remaja dalam menggunakan media sosial.