Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Setelah Ikan, Polusi Mikroplastik Cemari Serangga Penyerbuk

20 Oktober 2024   18:04 Diperbarui: 20 Oktober 2024   18:12 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Lebah:Foto: https://www.thrivinghive.co.uk/post/air-pollutants-reduce-pollination-services

Polusi mikroplastik tidak hanya berdampak pada ikan yang ada di air tawar maupun lautan, tetapi juga berdampak pada serangga yang memberikan manfaat besar pada ekosistem. Dampaknya pada pertanian akhirnya ketahanan pangan global.

Plastik sintetis yang diperkenalkan  Leo Baekeland pada 1907  membawa revolusi bagi gaya hidup manusia terutama perilaku konsumen. Produksi plastik secara global yang tadinya 1,7 juta ton pada 1950 menjadi 359 juta ton pada 2018.

Kantong plastik kresek memang di satu sisi membuat berbelanja menjadi praktis karena elastis memuat banyak barang dan relatif bersih, mudah dijinjing dan sayangnya lebih sering digunakan sekali pakai dan sudah itu dibuang.  Belum lagi dalam bentuk produk saset.

Revolusi kemudahan itu akhirnya memberikan revolusi kesusahan yang makin lama sukar diatasi karena ketika sampah plastik itu tak terbentung dari sungai hingga lautan dan  berdampak besar pada satwa yang menghuni, apalagi ketika sudah menjadi mikroplastik.

Pandemi Covid-19 yang baru berlalu mendongkrak  konsumsi plastik sekali pakai. Sebuah studi mengungkapkan produksi sekira 129 miliar masker dan 65 miliar sarung tangan secara global setiap bulannya. Itu pada paruh pertama 2020.

Tidak mengherankan kalau burung-burung menggunakan bekas masker dan plastik sebagai sarangnya dan ada sampah plastik di dalam perut ikan paus. Tentunya ikan yang biada dikonsumsi manusia juga tidak tertutup kemungkinan menelan mikroplastik.

Peneliti sekaligus Staf Pengajar dari Departemen Biologi Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (FMIPA) UI Mufti Petala Patria dan timnya di Muara Kamal dan Teluk Naga, Tangerang yang dirilis pada 2022 menemukan bahwa partikel mikroplastik sudah ada pada kerang hijau, kerang darah, bandeng, ikan kerapu, ikan kakap hingga rajungan yang merupakan hidangan favorit penggemar seafood.

Baca: Peneliti FMIPA UI Mengungkapkan 20 Spesies Hewan Mengandung Mikroplastik 

Riset dan penelitian yang dirangkum oleh organisasi kajian ekologi dan lahan basah (Ecoton) juga mendapatkan hal yang sama. Peneliti Ecoton Rafika Apriliani ketika saya hubungi  pada 20 Oktober 2024 menyebutkan  Ikan, udang, burung, siput, keong, kerang-kerangan , cacing, hiu mengandung partikel mikroplastik.

Dalam jurnal Enviroment Pollution Journal yang diinisiasi Ecoton, salah seorang peneliti dari Universitas Maulana malik Ibrahim bernama Ilvy Nurdhiana yang dirilis pada November 2021 menemukan kandungan mikroplastik pada ikan mujair di keramba ikan Kali Mangetan, Kabupaten Sidoarjo.

Sebuah kajian lebih anyar dari tim peneliti Universitas Freiburg  di Nature Coomunication mengungkapkan bahwa serangga penyerbuk seperti lebah juga terganggu oleh partikel mikroplastik berukuran  satu mikrometer hingga lima milimeter dan yang lebih kecil lagi, yaitu nanoplastik.

Para peneliti menduga serangga penyerbuk ini terkontaminasi partikel nano dan mikroplastik ini  dengan menelannya dari udara hingga makanan atau menggunakannya membangun sarang.

Ketika mereka menelan NMP berimbas pada kerusakan organ mereka. Dengan terganggunya organ pencernaan, sistem kekebalan tubuh satwa-satwa ini melemah dan mengubah perilaku mereka.

Mikroplastik pada Usus Lebah

Guru Besar Konservasi Alam dan Ekologi Lanskap Universitas Freiburg Alexandra-Maria Klein yang menjadi salah satu penulis mengungkapkan  bahwa lebah liar mereka menemukan kandungan NMP di usus lebah.

"Hal ini berimbas pada layanan ekosistem yang diperankan serangga-serangga ini di antaranya penyerbukan dan pengendalian hama.  Dampak bagi umat manusia mengancam ketahanan pangan global," ujar Maria-Klein seperti dikutip dari laman Universitas Freiburg, 15 Oktober 2024. 

Penelitian ini memperkuat penelitian sebelumnya serangga mendapatkan NMP melalui konsumsi. Partikel mikroplastik ini tersebar memalui tetes hujan dan angin. Selain dimakan serat mikroplastik ini dibawa ke sarang dan berakhir menjadi lilin, madu atau dalam larva.

Jerman adalah negara yang sadar benar kalau serangga sampai punah maka mereka akan menukai bencana pada masa mendatang.  Lebih dari 60 persen spesies serangga di hutan negara tersebut menurun selama dekade terakhir.  Jika serangga punah maka maknan bagi burung akan berkurang.

Tidak ada tempat di muka bumi yang tidak ditemukan mikroplastik kata riset dari Plastic Soup Foundation 21 April 2023.

Masalahnya pemantauan keanekaragaman hayati di banyak negara terkesan diremehkan.  Penelitian Universitas Nimegen di Belanda pada 2017 menuturkan secara umum biomassa serangga terbang di Jerman merosot sebesar 76 % atara 1989 hingga 2016.

Penelitian dari  Jie Shen, Boying Liang, Hui Jin  dalam TrAC Trends in Analytical  Chemistry  dirilis pada Agustus 2023 menyorot dampak mikroplastik pada serangga yang hidup di air masih bisa beradaptasi pada polusi mikroplastik, namun jika rangsangan yang diakibatkan mikroplastik terlalu besar , maka fisiologis serangga akuatik ini terganggu dan mati.  Sumber: Science Direct

Penemuan NMP pada serangga menambah deretan dampak dari polusi plastik yang sulit terurai di alam ini dan menempatkannya sebagai ancaman bagi  kiamat umat manusia berikutnya setelah pemanasan global dan emisi karbon.  Di sisi lain serangga yang bermanfaat ini juga sudah terkena imbas dari pemanasan global.  Jadi pelan-pelan manusia menciptakan kiamatnya sendiri. Tentunya karena keserakahan.

Irvan Sjafari

Sumber Gambar: https://www.thrivinghive.co.uk/post/air-pollutants-reduce-pollination-services

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun