Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Pemuda Berprestasi Garut Temukan Olah Sampah Jadi Pupuk Organik Bokashi

17 Oktober 2024   14:43 Diperbarui: 17 Oktober 2024   18:17 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kelangkaan pupuk kerap dihadapi petani, jadi diperlukan solusi agar petani secara mandiri mengadakan pupuk secara organik. Yuswan Wibisana, seorang pemuda pelopor dari Kabupaten Garut melakukan inovasi mengenalkan pupuk bokashi kepada para petani di Kampung Ciomas, Desa Mekarasih, Malangbong, Kabupaten Garut.

Pupuk bokashi diperkenalkan kepada petani Kampung Ciomas, Desa Mekarasih sejak 24 September 2023, bersamaan dengan peringatan Hari Tani Nasional.

 "Awal merintis kami menolong sekitar sepuluh orang dari kelompok petani Kampung Ciomas. Langkah ini merupakan percobaan untuk bukti di lapangan. Total pupuk bokashi yang diberikan adalah sekitar 10/Kuintal dengan luas lahan pertanian yang dimiliki oleh para petani tersebut adalah sekitar 100 tumbak sekira dengan 1.406,25 m2," papar Yuswan kepada saya, 17 Oktober 2024. 

Kini para petani di Kampung Ciomas, Desa Mekarasih, merasakan manfaat dari penggunaan pupuk bokashi ini. Program budidaya sayuran, kubis dapat tumbuh subur tanpa pupuk kimia. Proses budi daya secara organik ini terbukti cepat dan efektif. 

Umumnya, sayuran dan kubis dapat tumbuh subur dalam waktu 24hari setelah penerapan pupuk bokashi, tergantung pada kondisi tanah dan cuaca serta lebih cepat dari pupuk biasanya. 

Pupuk bokashi mempunyai beberapa keunggulan, di antanya kaya akan mikroorganisme yang membantu memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan kesuburan. Selain itu pupuk ini mengurangi Ketergantungan pada pupuk kimia: Dengan menggunakan pupuk organik, petani dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia yang berpotensi merusak lingkungan. 

"Kami harapkan, dengan penerapan pupuk bokashi, hasil panen sayuran dan tanaman lainnya dapat meningkat sekaligus mendukung praktik pertanian berkelanjutan," ujar Yuswan. 

Dia dan timnya berencana setelah proyek pertama Kampung Ciomas ini menunjukkan hasil, pihaknya akan mengenalkan kepada para petani jangkauan lebih luas lagi khususnya daerah Garut Utara. Mereka ingin menjadi agen perubahan bangsa memulai aksi nyata dari hal terkecil dengan keinginan. 

Menurut Yuswan pupuk bokashi ini terinsprasi ketika ia  bertemu Ir.Soeharto, seorang ahli penyuluh pertanian yang pernah bekerja di Perkebunan Prabowo Subianto. 

Dari Ir.Soeharto, Yuswan belajar dan praktik membuat pupuk kompos organik ini dari sampah-sampah yang berserakan di jalanan dan di sekitar lingkungan rumah . 

Pupuk Bokashi dibuat melalui proses fermentasi bahan-bahan organik dengan bantuan mikroorganisme efektif. Bahan-bahannya terbuat dari daun dan batang dari berbagai jenis tanaman, seperti jerami padi, daun pisang, rumput, dan gulma. Pupuk bokashi mengandung mikroorganisme bermanfaat yang membantu pertumbuhan tanaman. 

Rencana ke depan dengan adanya Pupuk Organik Bokashi ini menjadi Alternatif bagi para petani dikala harga pupuk kimia yang mahal dan langka bisa jadi solusi terbaik untuk kemajuan pertanian di Jawa Barat. 

Inovasi ini terobosan kedua yang dilakukan pemuda kelahiran Garut 11 Juli 2001, setelah mempelopori keberadaan mata air di Gunung Cakrabuana, sekitar 2020. Baca: Yuswan wibisana Milenial Garut Penemu Mata Air di Gunung Cakra

Pada waktu itu Yuswan menunjukkan kepeloporannya menjaga mata air demi keberlanjutan kehidupan warga sekitarnya. Dia tahu air bersih akan sangat berharga di muka bumi masa mendatang di tengah ancaman krisis iklim dan lingkungan. 

Irvan Sjafari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun