Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kekerasan di Sekolah Bukan Berakar dari Sejarah Sosial dan Budaya Indonesia?

5 Oktober 2024   10:16 Diperbarui: 5 Oktober 2024   10:21 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: sumber gambar: bbpmpjatim.kemdikbud.go.id

"Nggak ada tawuran dan kekerasan di sekolah. Guru-guru di SMA 3  galak-galak dan disiplin. Tetapi kalau menghukum tidak pernah secara fisik!" cerita Terry, salah seorang tante saya yang pernah tinggal di Bandung.

Anak sekolah dulu, kata Uni Terry panggilan saya terhadap dia, ada kegiatan study tour ke Yogyakarta, Pelabuhan Ratu, esktrakurikuler Pramuka, Bola Basket, Voli dan sebagainya.   Pelajarannya juga banyak ada les dan pratikum.

Hiburan anak-anak dulu adalah membaca buku dari Balai Pustaka, Karl May, Komik Tin Tin, Kho Ping Hoo dilahap ber jilid-jilid dan bisa didapat dengan menyewa. 

"Kalau menonton bioskop yang murah meriah banyak, yaitu  Panti Karya  atau Panti Budaya di sebelah Bank Indonesia Bandung. Jadi anak sekolah tidak kekurangan tempat mencari hiburan," ungkap Uni Terry.

Ibu saya juga cerita ketika sekolah di SMP Santa Ursula Jakarta dan SAA di Bandung tidak ada kekerasan di sekolah atau mendengar ada kekerasan di sekolah. 

Pelajarannya banyak, gurunya galak dan disiplin, polisi rajin berpatroli, kalau hiburan nonton bioskop ramai-ramai atau piknik dengan sepeda, persis seperti cerita Terry.

Mantan dosen saya di sejarah FIB UI  Tri Wahyuning juga menyatakan belum ada kekerasan, pembullyan yang menyebabkan  kematian atau cedera baik itu di sekolah negeri atau swasta.  Perempuan yang karib disapa Mbak Titik ini bersekolah di Santa  Theresia, di Jl. Gereja Theresia.  

Hal yang menarik ketiga saksi hidup masa itu mengatakan sekolah dulu punya mata pelajaran budi pekerti. Hal ini yang tidak ada pada anak sekolah sekarang?  

Sejak zaman saya sekolah juga tidak ada pendidikan budi pekerti.  Namun juga perlu dicatat sumber saya menempuh pendidikan di sekolah yang kebetulan bagus.  Jadi tidak mencakup sekolah lain.

Anak nakal? Oh, ada.  Pada 1950-an zaman crossboy, yang kerap saya tulis, bisa  karena pengaruh film di bioskop, bisa karena bacaan, kerap melakukan kekerasan, ada yang bukan kenakalan lagi, sudah kriminal, tetapi semua yang hanya kenakalan dan yang menjurus kriminal terjadi di luar sekolah.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun