Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kekerasan di Sekolah Korea Selatan dan Amerika Serikat

4 Oktober 2024   15:03 Diperbarui: 4 Oktober 2024   15:10 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kekerasan di sekolah Korea -sumber gambar: https://www.koreatimes.co.kr/www/nation/2024/10/113_274614.html

Korea Selatan adalah salah negara yang mempunyai catatan buruk kekerasan di sekolah.  Survei Kantor Pendidikan Metropolitan Seoul (Some) membuktikan hal itu.  

Survei yang dirlis pada Desember 2023 pada 486.729 siswa yang duduk di  4 SD hingga tahun terakhir SMA mengungkapkan 2,2 persen menyatakan mengalami berbagai bentuk penganiayaan.  Capaian ini meningkat 2 persen dibandingkan 2022 dan angka tertinggi dalam sepuluh tahun.  

Hukum Korea Selatan memberikan definisi kekerasan di sekolah sebagai tindakan yang dilakukan terhadap siswa di dalam atau di luar sekolah yang mencakup tetapi tidak terbatas pada: cedera fisik atau mental, tetapi juga pencemaran nama baik, pemerasan, pemaksaan, dan perundungan secara daring atau langsung.  

Jika lebih dirinci survei menyatakan  sebanyak 4,6 persen siswa sekolah dasar mengatakan mereka mengalami kekerasan di sekolah, sementara 1,6 persen siswa sekolah menengah pertama dan 0,4 persen siswa sekolah menengah atas menjawab serupa.

Bentuk kekerasan di sekolah yang paling umum adalah kekerasan verbal, sebesar 37,7 persen, diikuti oleh kekerasan fisik dan perundungan oleh kelompok, masing-masing sebesar 18,1 persen dan 15,3 persen. Sekitar 68,8 persen kekerasan terjadi di dalam lingkungan sekolah, dan 29,4 persen terjadi di dalam kelas.  Baca: The Korean Herald   

Baca: School Bullying Hits 10 Years in Seoul: Study

Apa penyebabnya, guru besar psikologi di Universitas Nasional Seoul, Kwak Keumjoo  menyatakan  pelaku umumnya membentuk kelompok  yang gemar melakukan perundungan.  Mereka melakukan  pengucilan  pada korban di kelas  bahkan sekolah.

Fenomena ini didorong oleh tekanan akademis, serta jam pelajaran yang panjang terutama menjelang masuk perguruan tinggi membuta lingkungan menjadi kompetitif. Sementara siswa tidak punya ruang lain untuk beraktivitas secara fisik untuk menyalurkan energi lebihnya. Masa harus belajar terus?

Baca:  Mengapa Banyak Kasus Bullying di Korea Selatan?

Kekerasan termasuk perundungan di sekolah Korea kerap diangkat ke layar lebar di antaranya yang paling kondang di Indonesia serial streaming "The Glory" (2022-2023). Serial itu menggambarkan yang lebh khas dari budaya negeri ginseng tersebut, yaitu masyarakat yang hierarkis.  Seperti dalam sejumlah drama korea  yang juga mengisahkan perundungan, para pelaku datang dari kalangan keluarga kaya.

Amerika Serikat 

Amerika Serikat juga menjadi  jawara dalam kekerasan di sekolah. Sebuah survei terkait kejahatan dan keamanan di sekolah yang dilakukan Pusat Survei Pendidikan Nasional (NCES) pada Januari 2024 mengungkapkan sekira  857.500 insiden kekerasan dan 479.500 insiden nonkekerasan tercatat di sekolah negeri pada  2021  hngga 2022.

Survei itu menyebutkan sekira 67 persen sekolah negeri melaporkan setidaknya satu insiden dengan kekerasan dan 59 persen mengalami satu insiden non kekerasan.

NCES juga mengungkapkan sekitar 71 persen sekolah menengah negeri di AS mempunyai sedikit satu insen kepemilikan atau distribusi obat-obat terlarang.

Baca: Rilis NCES tentang kekerasan di Sekolah AS   

Mudahnya mendapatkan senjata api juga membuat masalah kekerasan di sekolah AS.  Pada  2024, menurut riset Every Towns setidaknya terjadi 160 insiden penembakan di lingkungan sekolah.  Insiden ini menyebabkan 46 orang tewas dan 106 lainnya luka-luka di seluruh negeri.

Data yang disebutkan artikel itu bahkan mengungkapkan kenyataan mengerikan setiap tahun, lebih dari 4.000 anak-anak dan remaja ditembak dan tewas. Sementara  lebih dari 17.000 terluka.   Baca: Gunfire on School Grounds in The United States.    

Salah satu contoh kekerasan sekolah yang mengerikan di AS ialah insiden Columbine High pada 20 April 1999 di Columbine, Colorado,. Insiden ini menyebabkan 12 siswa dan satu guru tewas.  Pelakunya adalah Dylan Klebold, 17 tahun, dan Eric Harris, 18 tahun, membuat video dan meminta maaf pada orangtua mereka sebelum melakukan kejadian.

Mengapa terjadi kekerasan di sekolah?  Warganet di Amerika Serikat menuding mudahnya mendapat senjata api, pengaruh video kekerasan yangmudah diakses,  memberikan stimulus. Amerika Serikat juga mempunyai budaya populer  kekerasan seperti tercermin dalam film-filmnya.   Negara ini juga memasok sebagian besar hiburan kekerasan dunia 

Baca: America'S Culture Violence 

Dalam sejarahnya kenakalan anak muda tercermin dalam film "Rebel Without A Cause" (1956), "West Side Story" (1961), di mana anak muda membentuk geng-geng sebaya melakukan kenakalan.  Jadi kekerasan di kalangan remaja mempunyai akarnya dalam perjalanan sejarah budaya Amerika Serikat.

Rachel's Challenger  memberikan 11 alasan, di antaranya prestasi akademik yang buruk. Juga disebutkan pelaku kekerasan mempunyai riwayat mengalami kekerasan dan pelaku mengalami atau menjadi korban kekerasan juga dan mencontoh orang tua, guru dan orang dewasa di sekitarnya. Kemudian mereka bertemu dengan teman sebaya yang nakal.

Siswa yang menganggu itu tidak punya kegiatan alternatif yang bisa menyalurkan energinya. Hal ini mirip yang di Korea Selatan?

Baca: 11 Cause of School Violence

Di dua negera ini kekerasan di sekolah mempunyai akar dalam kehidupan sosial dan budaya. Penanganannya lebih sulit tanpa menyentuh persoalan di akar budaya itu.   Pertanyaannya, apakah kekerasan di sekolah di Indonesia, juga demikian? (Bagian Satu dari Dua Tulisan)

Irvan Sjafari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun