Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Ary Sendjaja Suhandi, Ekowisata Ajarkan Kebijakan dan Tidak Serakah

18 September 2024   11:51 Diperbarui: 18 September 2024   12:02 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kecerian tamu saat belajar gendng Sungai Utik di Kalimantan-Fot: Ary Sendjaja Suhandi

Ekowisata mengedepankan edukasi dan pemahaman melalui interpretasi dan edukasi untuk semua yang terlibat. Ecotourism menikmati alam lebih luas, termasuk manifestasi budaya masyarakat sekitar, sementara wildlife tourism terfokus pada pengamatan satwa liar.

Apa yang dibayangkan dengan suatu kawasan ekowisata satwa liar yang ideal? 

Destinasi Satwa liar yang ideal melakukan perencanaan yang matang, dengan mempelajari pola jelajah dan perilaku masing masing jenis satwa liar yang dijadikan target. Perencanaan harus termasuk menentukan ruang mana saja untuk kegiatan wisata, agar dampak yang ditimbulkan rendah dan mudah untuk dikontrol.

Mitigasi dampak negatif menjadi persyaratan mutlak untuk dilakukan oleh pengelola. Pengunjung harus dikelola dengan baik, oleh karenanya sistem reservasi diperlukan dikombinasi dengan penerapan kuota, sehingga pengalaman pengunjung menjadi lebih berkualitas.

Pengelola juga perlu mengedepankan unsur edukasi melalui interpretasi, baik interpretasi personal melalui pemandu yang berkualitas, maupun non personal berbentuk papan interpretasi interaktif dan sebagainya. Destinasi yang baik, mengikutkan masyarakat sekitar kawasan untuk terlibat langsung dalam menerima manfaat dari pariwisata, sebagai pemandu, porter, pengelola transportasi, restoran maupun penginapan.

Akomodasi sebaiknya juga disediakan, namun idealnya tidak berdekatan langsung dengan kawasan pengamatan satwa, agar memberikan pengaruh kecil pada satwa liar. Keamanan wisatawan dan monitoring dampak negatif dari kegiatan pariwisata secara berkala menjadi hal yang wajib dilakukan pengelola destinasi. Kebijakan dan panduan pengamatan satwa liar harus disediakan dan dipahami oleh seluruh pihak yang terlibat.

Kecerian tamu saat belajar gendng Sungai Utik di Kalimantan-Fot: Ary Sendjaja Suhandi
Kecerian tamu saat belajar gendng Sungai Utik di Kalimantan-Fot: Ary Sendjaja Suhandi

Apakah ekowisata satwa liar hanya untuk wisatawan premium? Apakah wisatawan berkantong tipis juga bisa menikmati? 

Pada umumnya destinasi satwa liar memiliki akses dan jarak yang cukup jauh dan kadang membutuhkan sarana transportasi khusus, sehingga membutuhkan waktu lebih lama dari wisatawan konvensional, dengan rentang durasi sekitar 4 hari hingga 20 hari, oleh karenanya biaya akan lebih mahal. Namun ada destinasi satwa liar yang mudah dijangkau dan mudah untuk dinikmati, seperti Taman Nasional Baluran di Situbondo, Jawa Timur, akses mudah dan keragaman satwa juga tinggi.

Menilik definisi yang dijabarkan, jenis wisata ini terfokus pada satwa liar di habitat aslinya, tidak pada satwa d iluar habitat aslinya. Namun wisata rekreasi taman burung dalam kandang yang luas, lebih ditekankan dan ditujukan pada wisata edukasi, guna mengenalkan satwa liar lebih dekat kepada masyarakat umum. Hal ini bisa menjadi jembatan agar masyarakat umum mengenal satwa dan memberikan apresiasi pada pelestariannya, yang pada akhirnya ingin berkunjung ke alam aslinya.

Selain satwa liar apa ada ekowisata lain seperti agroekowisata bahkan wisata laut? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun