Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Ary Sendjaja Suhandi, Ekowisata Ajarkan Kebijakan dan Tidak Serakah

18 September 2024   11:51 Diperbarui: 18 September 2024   12:02 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kecerian tamu saat belajar gendng Sungai Utik di Kalimantan-Fot: Ary Sendjaja Suhandi

Lingkup Ekowisata lebih luas, mencakup ekosistem hutan, pesisir, maupun laut yang menjadi habitat satwa liar. Kehidupan satwa liar dan interaksi antara satwa liar dalam keseharian menjadi daya tarik pengunjung. Suatu kemewahan saat menyaksikan satwa liar bercumbu di alam aslinya, atau menyaksikan satwa liar konflik mempertahankan daerah kekuasaannya, dan mengabadikan momen itu merupakan sesuatu yang sangat berharga.

Ekowisata sangat erat dengan kegiatan fotografi dan petualangan di alam liar. Saat ini banyak daerah mengembangkan destinasi pengamatan burung, seperti di Taman Wisata Alam Muara Angke, Jakarta, Taman Nasional Ujung Kulon, Banten, Taman Nasional Baluran, meru Betiri dan Taman Nasional Alas Purwo, Taman Nasional Tanjung Puting, Pangkalan Bun, Taman Nasional Leuser dengan Bukit Lawang dan Tangkahan, Taman Nasional Berbak untuk pengamatan burung migran, Taman Wisata Alam Batu Putih, Tangkoko, Sulawesi Utara, Pengamatan dan Adopsi sarang burung di desa Jatimulyo,Kulon Progo. Pengamatan burung Cenderawasih di pegunungan Arfak, kampung Malasigi, Malagufuk, Raja Ampat, di barat Papua, maupun Rhepang Muaib di Papua dan masih banyak lagi.

Ekowisata yang berfokus pada pelestarian mangrove, biota dan terumbu karang juga telah banyak dikembangkan seperti di CMC Tiga Warna, Malang Selatan, Raja Ampat, Desa Wisata Pemuteran, Desa Tejakula, Desa Wisata Les di Kabupaten Buleleng. Dimana wisatawan menadpatkan pengalaman aksi melakukan penanaman karang dan mangrove. Sementara ekowisata yang berfokus pada pelestarian budaya dapat dilihat di kampung adat Waerebo, kampung adat Sungai Utik, dimana wisatawan dapat mempelajari dan menikmati kegiatan keseharian masyarakat yang masih otektik.

Anda sendiri mengapa tertarik  ada ekowisata?

Indonesia sebagai negara megadiversity memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang luar biasa, termasuk memiliki jenis endemik yang tinggi, walaupun belum secara optimal dimanfaatkan dengan baik. Di sisi lain degradasi lingkungan terus berlangsung, termasuk alih fungsi hutan menjadi pertambangan, perkebunan, perumahan baik yang legal maupun illegal.

Hal ini  tentunya memberikan keprihatinan besar. Ekonomi menjadi salah satu faktor tingginya degradasi lingkungan, selain keserakahan. Oleh karenanya saya tertarik menggunakan ekowisata sebagai tools untuk mengajarkan masyarakat mengelola sumberdaya alam dan budayanya secara berkelanjutan.

Ekowisata saya rasa cocok karena selain melakukan proteksi, sekaligus menerima manfaat ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga. Ekowisata menekankan keseimbangan nilai ekonomi dan nilai ekologis kawasan, sekaligus mengajarkan untuk mengelola sumber daya secara bijak dan menekan keserakahan.

Irvan Sjafari

 

Main Foto:  https://ntb.genpi.co/ntb-terkini/3132/direktur-indecon-ibaratkan-parwisata-seperti-api

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun