Lingkup Ekowisata lebih luas, mencakup ekosistem hutan, pesisir, maupun laut yang menjadi habitat satwa liar. Kehidupan satwa liar dan interaksi antara satwa liar dalam keseharian menjadi daya tarik pengunjung. Suatu kemewahan saat menyaksikan satwa liar bercumbu di alam aslinya, atau menyaksikan satwa liar konflik mempertahankan daerah kekuasaannya, dan mengabadikan momen itu merupakan sesuatu yang sangat berharga.
Ekowisata sangat erat dengan kegiatan fotografi dan petualangan di alam liar. Saat ini banyak daerah mengembangkan destinasi pengamatan burung, seperti di Taman Wisata Alam Muara Angke, Jakarta, Taman Nasional Ujung Kulon, Banten, Taman Nasional Baluran, meru Betiri dan Taman Nasional Alas Purwo, Taman Nasional Tanjung Puting, Pangkalan Bun, Taman Nasional Leuser dengan Bukit Lawang dan Tangkahan, Taman Nasional Berbak untuk pengamatan burung migran, Taman Wisata Alam Batu Putih, Tangkoko, Sulawesi Utara, Pengamatan dan Adopsi sarang burung di desa Jatimulyo,Kulon Progo. Pengamatan burung Cenderawasih di pegunungan Arfak, kampung Malasigi, Malagufuk, Raja Ampat, di barat Papua, maupun Rhepang Muaib di Papua dan masih banyak lagi.
Ekowisata yang berfokus pada pelestarian mangrove, biota dan terumbu karang juga telah banyak dikembangkan seperti di CMC Tiga Warna, Malang Selatan, Raja Ampat, Desa Wisata Pemuteran, Desa Tejakula, Desa Wisata Les di Kabupaten Buleleng. Dimana wisatawan menadpatkan pengalaman aksi melakukan penanaman karang dan mangrove. Sementara ekowisata yang berfokus pada pelestarian budaya dapat dilihat di kampung adat Waerebo, kampung adat Sungai Utik, dimana wisatawan dapat mempelajari dan menikmati kegiatan keseharian masyarakat yang masih otektik.
Anda sendiri mengapa tertarik  ada ekowisata?
Indonesia sebagai negara megadiversity memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang luar biasa, termasuk memiliki jenis endemik yang tinggi, walaupun belum secara optimal dimanfaatkan dengan baik. Di sisi lain degradasi lingkungan terus berlangsung, termasuk alih fungsi hutan menjadi pertambangan, perkebunan, perumahan baik yang legal maupun illegal.
Hal ini  tentunya memberikan keprihatinan besar. Ekonomi menjadi salah satu faktor tingginya degradasi lingkungan, selain keserakahan. Oleh karenanya saya tertarik menggunakan ekowisata sebagai tools untuk mengajarkan masyarakat mengelola sumberdaya alam dan budayanya secara berkelanjutan.
Ekowisata saya rasa cocok karena selain melakukan proteksi, sekaligus menerima manfaat ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga. Ekowisata menekankan keseimbangan nilai ekonomi dan nilai ekologis kawasan, sekaligus mengajarkan untuk mengelola sumber daya secara bijak dan menekan keserakahan.
Irvan Sjafari
Â
Main Foto: Â https://ntb.genpi.co/ntb-terkini/3132/direktur-indecon-ibaratkan-parwisata-seperti-api
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H