Pertengahan Agustus 2024 ini suatu kelompok mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) melatih karang taruna di Dusun Telasih, Desa Karangploso untuk mengurangi masalah sampah membuat ecobrick.Â
Para mahasiswa ini kemudian mengarahkan anggota karang taruna ini merangkai ecobrick menjadi pot. Dengan demikian manfaatnya menjadi ganda, sekaligus memberikan nuansa hijau di dusun itu.
Koordinator Tim Mahasiswa UMM Raka Baguy berharap karang taruna setempat mendapatkan inspirasi untuk berkreatif.
"Bukan saja kreativitas dalam mengolah sampah jadi produk bermanfaat, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi baru," ujar Raka seperti dikutip dari situs UMM.Â
Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan FIK) dan Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam dan Matametika (FMIPA) Universitas Indonesia lewat program Edukasi Pembuatan Ecobrick pada Agustus 2024 mengajak warga desa Sukarame, Provinsi Banten mengatasi masalah limbah plastik.
Seperti dikutip dari laman FIK, mahasiswa mengajarkan warga membuat ecobrick dari botol berukuran 600 ml yang diisi sampah plasik dipadatkan dengan berat harus mencapai 200 gram.Â
Ecobrick itu kemudian dibuat kursi,meja hingga menjadi bahan bangunan yang sederhana. Seperti halnya mahasiswa UMM, mahasiswa FIK dan FMIPA UI berharap masyarakat menjadikan kreativitasnya sebagai sumber pendapatan.Â
Meskipun sudah banyak kalangan kampus terlibat mendorong warga dari kalangan menengah ke bawah di perdesaan dengan pembuatan ecobrick, menjadi pertanyaan berapa banyak ecobrick yang bisa dibuat secara manual ini? Bisa pengurangan sampah plastik minimal di lingkungan berkurang secara signifikan.Â
Kemudian apakah nanti ecobrick yang sudah dibuat menjadi pot dan menjadi meja tahan lama dan kelak tidak menjadi sampah juga ketika mebel dibuat rusak? Meskipun demikian ecobrick menjadi sebuah tren menjawab masalah lingkungan sekalipun bukan solusi sesungguhnya.
Irvan Sjafari