Keberadaan burung-burung langka ini menjadi indikasi bahwa Taman Lapangan Banteng menjadi habitat baik karena menyediakan pakan yang cukup, seperti pohon-pohon menyediakan biji-bijian.  Areal juga cukup luas hingga memungkin keberadaan manusia tidak mengganggu burung-burun itu.  Hal ini menjadi nilai tambah bagi  Taman Lapangan Banteng sebagai tempat kongkow hijau. Â
Taman ini juga didukung  kondisi yang cukup bersih karena tim kebersihan berkeliling mengangkut sampah dengan cukup telaten.  Pihak Pemprov DKI Jakarta betul-betul menjaga Lapangan Banteng sebagai etalase kota.
Beberapa kali juga Taman Lapangan Banteng menjadi tempat pameran flora dan fauna yang membuatnya menjadi semakin hijau. Tentu saja RTH ini mampu menyerap air, karena hanya sebagian menggunakan beton, sisanya lapangan rumput dan pepohonan.
Kelebihan lain ialah pedagang makanan kaki lima di sekeliling lokasi sangat menolong mereka yang tidak membawa bekal untuk mengisi perut dan mengatasi rasa haus dengan harga yang dipatok berlebihan.  Kuliner yang tersedia  bahkan ada yang langla, seperti pedagang  kerak telor  tak jauh dari Taman Lapangan Banteng. Â
Pihak Pemprov DKI Jakarta merevitalisasi Taman Lapangan Banteng ini antara 2016-2018. Memang perancang tidak memperhitungkan banyaknya kendaraan bermotor atau beroda empat parkir, dengan tempat terbatas. Â Mereka umumnya parkir di bahu jalan.
Namun saya setuju  tidak usah terlalu luas untuk parkir, karena sebaiknya RTH ini untuk mereka yang menggunakan transportasi umum karena cukup mudah diakses TransJakarta.  Taman Lapangan Banteng buka sejak pagi hingga malam antara pukul 8 hingga 9 (week-end) dan relatif aman.
Irvan Sjafari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H