Aku mengagumi kearifan lokal orang-orang di sini. Banyak bertemu turis-turis bule. Tiket masuk mereka lebih mahal dibanding wisatawan nusantara.
"Kalau menurut Mas, seandainya saja kraton di kerajaan lain masih utuh tidak dihancurkan Belanda, Kraton mana yang ingin Mas lihat?"
"Banten Gendis. Hingga sekarang aku ingin tahu seperti Keraton Sultan Ageng Tirtayasa itu. Bagi aku Banten itu kota menarik karena banyak bangsa bermukim. Â Hingga sekarang aku gagal paham mengapa Putra Mahkota mau-maunya mengkihanati ayahnya? Keuntungan ekonomi? Dia kurang apa?"
"Mas pernah ke Banten?"
Aku mengangguk. "Sayang tidak ada upaya rekonstruksi padahal kalau jalur airnya bisa direvitalisasi jadi atraksi menairk wisatawan membayangkan naik perahu ke pusat kerajaan?"
"Aku mau tanya, Mas kan  Banten itu  masuk provinsi  Jawa Barat selama berapa puluh tahun, lalu mengapa memisahkan?"
"Beda, adinda Gendis.  Sejarahnya beda.  Budayanya beda.  Di sana juga ada orang Baduy. Namun yang paling aku penasaran  pantai selatan Banten kalau seandainya di bangun infrastuktur jalan dari Labuhan ke Ujung Genteng lalu tembus ke Pelabuhan Ratu, Pangandaran dan Cilacap, itu keren."
"Baduy? Widy itu suka pada Masyarakat adat."
"Nah, itu yang aku tunggu ceritanya. Â Jadi Widy diizinkan suaminya kuliah dan dia ingin kerja di mana?"
"Jadi, tetapi itu kejutan buat Syafri. Widy itu ingin kerja di dunia pariwisata sebetulnya."
"Seperti kamu ya?"