"Sumatera Utara jago, Simbolon dan Jamin Ginting berselisih," kata Norma. "Kami semarga dibuat bingung. Kerabatku aku yang menikah dengan Simbolon."
"Nah, yang  Angku khawatirkan kalau Amerika Serikat masuk dengan alasan melindungi modalnya di kilang minyak Riau. Lalu dia menawarkan bantuan kepada orang PRRI," sela Angku Mansyur.
"Bahaya itu kalau Amerika ikut campur. Aku juga dengar  ada politisi Philiphina bernama Aquino kontak dengan orang-orang Ventje Sumual dan Kawilarang," kata Syafri.
Sepupu lainnya Medina Hasyim masih duduk di bangku SMA. Â Dia datang bersama ibunya, Ivonne . Mereka tidak terlalu tertarik politik.
"Nah, Widy, Medina ini suka mendaki gunung juga, dia pernah naik Marapi dan Kerinci," kata Azrul.
"Indaak lai, indaak..."kata Ivonne.
Widy merasa mendapat sekutu lainnya. "Uda Azrul mau nggak sama-sama ke Pulau Seribu bersama kami?"
"Ikut!!!" Medina langsung teriak. "Aku belum pernah petualangan laut."
"Ya, kalau ramai-ramai sama dusanak, bolehlah.." kata Ivonne. "Jangan sama...sia ko...ah kawanmu Poppy itu  lalu Karel, lalu sama Cino yang dari Surabaya ini, Meilani... jo... Hutasoit... onde, kalau sudah balimo paii...pulangnyo bahari-hari," keluh Ivonne.
Widy dengan cepat berkenalan dengan Medina. "Ceritakan soal Kerinci, katanya masih ada harimau..."
"Nah, istri wahang, samo utaknya  dengan Norma dan Medina.."