Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Gemini Syndrome, Episode Berdansa di Kota Romantis, Bagian Sebelas

23 Juli 2024   00:30 Diperbarui: 31 Juli 2024   05:42 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Benteng Vredeburg-Foto: Irvan Sjafari

Menteng , Jakarta, 21 Maret 1957 malam 

"Widy! Norma! Bagaimana ceritanya kalian mau-maunya berkelahi membela anak nakal ini," Hanief Andrian sambil tertawa,  Sepupu Syafri menunjuk Lutfi yang juga terkekeh-kekeh.

Dia duduk berhadapan dengan Widy dan Norma.  Sementara Lutfi diapitnya di antara dia dan istrinya yang diperkenalkan sebagai Tanja, bule asal Yugoslavia yang kini jadi warganegara Indonesia.

Tanja berusia 28 tahun sebaya Syafri.  Dia sama tingginya dengan Hanief.  Dia fasih berbahasa Indonesia. "Adik saya juga senakal dia. Dia lahir persis ketika Berlin jatuh ke tangan sekutu, namanya Tito May."

"Wah, keluarga Anda pengagum Josep Broz Tito? Pimpinan Partisan," tanya Widy dengan antusias.

"Semua orang Yugoslavia pengagum Tito, Widy," jawab Tanja.  "Aku ikut geriliya bersama ayahku ketika masih kecil. Rasa nasionalisme aku naik.  Jadi aku bersimpati pada bangsa Indonesia karena Belada menyerbu tidak ada bedanya dengan Nazi."

"Pertanyaan istrimu itu cerdas Syafri. Kalau kamu pernah tanya mengapa tokoh PSI Sukanya cewek-cewek Bule, seperti Syahrir dan Sutan Takdir? Begitu kan? Padahal kamu anak kuliahan."

Widy tertawa geli. "Kang Syafri suka dansa juga kan? Sok-sokan anti Barat. Kamu Sukarnois pisan euy!"

Syafri tersenyum. "Suka dansa bukan berarti kebarat-baratan."

"Jangan minder sama bule. Orang Belanda itu, terutama  yang dari Afrika Selatan itu juga minder sama yang negeri Belanda, mereka ketika di Indonesia sombongnya bukan main.  Penjajah  pikir orang Asia dan Afrika itu mudah ditaklukan, padahal itu karena ketinggalan pengetahuan dan teknologi saja, kalau sama?" jelas Tanja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun