Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Kayra Afini Putri, Lewat "Sisa Satu" Suarakan Budaya Tidak Enakan dan Lingkungan

21 Juli 2024   16:56 Diperbarui: 21 Juli 2024   17:10 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kayra Afini Putri-Foto: Dokumentasi Kayra Afini

Indonesia kaya dengan talenta-talenta yang berbakat dalam berbagai bidang termasuk juga dalam dunia film, di antaranya dari dunia kampus. Dari ajang Festival Film Internasional Duemila30 di Milan 27-30 Juni 2024 lalu muncul nama Karya Afini Putri.

Karya dari alumni Jurusan Program Studi Televisi dan Film Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran  lulusan 2024 bersama rekannya  M. Dhaffa Attoriq ini  bertajuk "Sisa Satu" tayang dalam kategori "Earth Echoes" dan mendapat apresiasi dari penonton.

Dara kelahiran 2002 ini mengambil tema budaya "tidak enakan" di kalangan orang Indonesia yang ditunjukkan ketika makan bersama.  Kayra memadukan "perilaku tidak enakan" ini  dalam film pendek berdurasi 15 menit ini  dengan situasi masa depan ketika laut sudah tercemar.

Berikut Wawancara dengan Kayra melalui Whatsapp pada 20 Juli 2024 sebagian untuk tayang di Kompasiana dan sebagian untuk Cakrawala, Berikut petikannya.

Apa latar belakang pembuatan film "Sisa Satu", apa inspirasi ceritanya, ceritanya tentang apa?

Awalnya cerita ini muncul dari tugas kuliah, dengan budget pas-pasan kita bikin yang simple aja tapi memorable dan jadilah ide sisa satu ini tentang sifat gaenakan orang indonesia.

Secara personal sih momen sisa satu ini sering banget kejadian pas makan bareng keluarga atau temen sehari-hari, contohnya ketika makan dimsum sharing semeja, pas sisa satu jadi saling tidak enakan, justru nawarin temennya aja yang habiskan atau malah sebenernya masih mau makan tapi gengsi.

Nah, momen yang "relateable" itu kemudian dibuat dalam bentuk film pendek ditambah bumbu-bumbu komedi juga biar lebih seru.

 

Kemudian apa kaitannya dengan isu lingkungan hingga masuk dalam kategori "Earth Echoes"?

Kaitannya dengan isu lingkungannya sendiri itu muncul saat mentoring kelompok dengan mas Haris Yulianto, di acara film funding Semarang Gawe Film (SGF) yang juga jadi salah satu sumber dana produksi Sisa Satu ini.

Dari sana kami dapet ide kalau sifat tidak enakan ini bisa dibalut isu yang lebih kuat yaitu lingkungan. Jadi kami gunakanlah isu lingkungan di aspek makanan yang tersisa satu dan juga latar waktu di masa depan ketika laut sudah tercemar total. Durasinya sendiri kurang lebih 15 menit, diperankan oleh teman saya sendiri yang mahasiswa Unpad juga, dan syuting di Bandung.

Kayra Afini Putri-Foto: Dokumentasi Kayra Afini
Kayra Afini Putri-Foto: Dokumentasi Kayra Afini

Berapa lama durasi film ini? Syutingnya di mana? Karakter utamanya dari kalangan mana?

Durasinya sendiri kurang lebih 15 menit, diperankan oleh teman saya, mahasiswa Unpad juga dan syuting di Bandung.

Pengalaman di Milan bagaimana? 

Alhamdulillah saya jadi punya kesempatan untuk ke benua Eropa, banyak sekali hal yang saya dapatkan mulai dari film, teman internasional hingga kultur yang ada disana. Untuk ukuran solo trip kali ini lumayan lancar dan berkesan, banyak terimakasih juga atas bantuan dari keluarga dan teman tentunya. Kalau diceritain lebih lanjut kayaknya panjang deh hehe.

Film yang ditayangkan sangat amat beragam asalnya bener-bener  dari negara seluruh dunia ada di situ walaupun nggak semuanya juga. Kalau ditanya menarik sih semuanya menarik, budaya produksi film tiap negara pasti berbeda-beda, dan sepertinya itu yang membuat menarik dari tiap film yang ditonton.

Tema tidakenakan dalam masyarakat Indonesia, apa menurut Kayra tentang fenomena ini? (karena tidak banyak diangkat dalam film Indonesia)? Contoh-contoh tidak enakan dalam budaya Indonesia seperti apa?

Tentang tidak enakan ini di lingkungan saya sendiri sangat umum, semakin ceritanya berasal dari pengalaman pribadi semakin kuat juga ceritanya, jadi alasan utamanya bukan karena jarang ada di film Indonesia tapi karena dekat dengan saya.

Contoh tidak enakannya sendiri sih pasti pernah kan sekali aja diminta sesuatu sama orang walaupun  tidak mau tapi nggak enak kalau menolak? Baik atau enggaknya tergantung situasi kondisinya seperti apa.  Kurang tau juga apakah ini hanya di Indonesia atau mungkin negara lain juga ada kebiasaan seperti ini. Tapi kalau soal pernah merasakan atau tidak sih sering, tapi jangan jadi terbiasa dan jadi people pleaser loh ya.

 

Soal isu lingkungan, menurut Kayra seberapa kuat tema lingkungan bisa diangkat ke dalam layar lebar Indonesia? Apa kuat kalau dikaitkan dengan horor?

Awalnya saya kurang yakin dengan tema lingkungan ini , tapi setelah nonton 30-an film pendek tentang lingkungan itu saya merasa isu lingkungan berpotensi loh sebenarnya untuk tayang di layar lebar, apalagi Indonesia yang negaranya masih banyak habitat alamnya, hutan, laut dan sebagainya.

Tapi mungkin yang susah itu ada di bagian risetnya dan tiap daerah pasti punya problemnya masing-masing dan keterbatasan teknologi juga bisa jadi hambatan dalam pembuatan film juga . Tapi kalau menjawab pertanyaan berpotensi tidaknya, saya bisa bilang iya. Kalau dihubungkan dengan genre, tidak musti horor kok, saya pun mengambil komedi untuk membalut isi lingkungan agar lebih ringan bagi penonton, bagaimana preferensi pembuat film saja.

Film lingkungan yang saya suka mungkin yang baru saja aku tonton waktu di Milan, film dokumenter ini judulnya "Enfer Libyen", dia pemenang kategori "Earth Echoes" di Duemila30  beberapa waktu lalu. 

Film itu bercerita tentang pengalaman kayak neraka yang dialami seorang pengungsi di libya. Menurut saya kemasan filmnya bagus. Sang sineas memakai analogi predator yang memangsa targetnya di lingkungan buas, seperti apa yang si karakter utama alami di Libya. Visualnya dibuat semacam video yang dipakaikan filter jadi kesannya seperti animasi. Genrenya semi fiksi sebenarnya tapi yang bikin saya tertarik itu dari sisi story telling-nya.

 

Rencananya ke depan mau buat film apa lagi? Apa visi Kayra tentang dunia film?  Apa benar-benar mau terjun ke dunia film?

Ke depannya sudah ada rencana mau bikin beberapa film pendek untuk festival dulu, bersama tim produksi sendiri yaitu 3 Pulau Production, pelan-pelan saja masuk ke industri film Indonesia yang lebih besar.  Amin.

Irvan Sjafari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun