Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan Formal untuk Mindset, Pendidikan Nonformal untuk Lifeskill

16 Juli 2024   09:56 Diperbarui: 16 Juli 2024   10:02 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu pengajaran di Yayasan Alang-alang-Foto: https://yayasanalangalang.or.id/

Saya menulis dengan TOR dari Kompasiana terkait apakah pendidikan formal cukup bagi anak-anak kita dan bagaimana dengan pendidikan non formal.

Jawaban saya, pendidikan formal itu penting.  Saya sedang riset untuk berdasarkan penelusuran pemberitaan di berbagai media massa cetak maupun media daring, bahwa musisi dan band yang sukses di Kota Bandung datang dari latar belakang perguruan tinggi.

Risa Saraswati yang kondang dengan Danur Universe-nya, tetapi dia juga musisi dengan band Sarasvati adalah alumni Universitas Katolik Parahyangan, Universitas Pasundan.  Yura Yunita adalah lulusan Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad, Pidi Baiq penulis Dilan juga musisi adalah lulusan ITB,  Budi Dalton adalah lulusan Fakultas Ilmu Seni dan Sastra adalah contoh-contohnya.

Jumlah musisi yang mengenyam pendidikan perguruan tinggi di Bandung ini jumlahnya ratusan.  Bahkan kampus juga tempat lahirnya sejumlah band di Bandung dan umumnya berawal dari indie.

Selain musisi,  banyak wirausaha di Kota Bandung lulusan atau pernah kuliah di universitas atau akademi. Weny Windya Hapsary salah seorang pendiri Imah Batik membenarkan pendidikan formal bisa memberikan pengaruh yang penting dalam membentuk mindset wirausahawan.

"Walapun pendidikan formal tidak selalu menjadi faktor penentu utama mejadi wirausawan, tapi melalui pendidikan formal kita terbiasa untuk mengembangkan keterampilan dasar seperti keterampilan berpikir akademis, kritis dan analisis, keterampilan membangun profesionalisme, keterampilan interpersonal dan membangun jejaring juga," ujar alumni Kebidanan Universitas Padjadjaran ini ketika saya hubungi 16 Juli 2024.

Menurut dara yang disebut Indy, dalam dunia bisnis adalah bagaimana kita melihat potensi dan peluang.  Orang yang berpendidikan lebih mampu melihat hal tersebut dengan wawasan yang lebih luas dan komprehensif. Hanya saja untuk menjadi wirausaha perlu mental, ketekunan serta terus belajar.

Pengamat kewirausahaan  sekaligus owner sebuah UMKM  di Bandung Arief Y Rukmana membenarkan lulusan perguruan tinggi saat ini memiliki peran besar untuk  menjadi seorang wirausaha,  jika didukung juga dengan kurikulum kewirausahaan dalam perkuliahan.

"Tidak jarang di universitas-universitas besar membuat konsep lulusan nya adalah mencetak entrepreneur, technopreneur hingga sociopreneur," ujar Arief, ketika saya hubungi, 15 Juli 2024.

Perbedaan wirausaha yang lulusan perguruan tinggi ataupun yang pernah masuk perguruan tinggi berdasarkan fakta-fakta  mereka lebih mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi saat ini, di era revolusi industri 4.0 dan Society 5.0

Di Indonesia sendiri kita melihat Muncul Banyak Technopreneurship, cukup berhasil mereka lahir sebagai startup yang termasuk Unicorn (Go-Jek, Traveloka, Tokopedia, Ovo, Buka Lapak, J&T Express  dan sebagainya.

"Namun di balik keberhasilan itu, juga ada wirausaha yang bukan lulusan pendidikan formal, namun mereka juga sukses," ungkap Arief.

 

Pendidikan Nonformal  Jadi Pelengkap

Ketua Yayasan Alang-alang  Karina Maharani  mengatakan pendidikan formal sekarang tidak cukup. Pendidikan formal fokus ke akademik.

"Sementara anak didik juga memerlukan life skill untuk kehidupan sehari-hari, nah  pendidikan non formal melengkapi hal ini," ujar Karina ketika saya hubungi  13 Juli 2024.

Pendidikan mendirikan harapan.  Pendidikan di Rumah KAIT secara keseluruhan mengambil jalur Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Di daerah tempat Yayasan yang menaungi Sekolah Cerdas Gemilang  berbasis di Ciawi ini mempunyai tantangan, yang salah satunya  banyak anak putus sekolah.

"Pendikan nonformal  harapan  bagi anak-anak putus sekolah. Kami kini mempunyai 24 anak tingkat PAUD/TK hingga jenjang SD 17 anak," ungkap Karina.

Meskipun pendidikan non formal, kenyataannya tiga lulusan SD yang dikelola Yayasan ini mampu lulus ujian kesetaraan, bahkan dua di antaranya masuk sekolah formal dan satu non formal yang ada di bawah Yayasan Alang-alang.

Pendidikan nonformal memberikan kelebihan, yaitu memberikan life skill, yaitu bagaimana merawat diri, bagaimana merawat lingkungan, memasak, mencuci piring, membersihkan, ahkan bagaimana juga mengatur uang agar tidak habis sia-sia  dan  memberikan pendidikan sesuai minat mereka, serta memberikan pembentukan karakter.

Sementara pakar kebijakan pendidikan dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Cecep Darmawan menyebut banyak orang yang salah persepsi  sekolah (formal) dianggap satu-satunya lembaga pendidikan.  Padahal tiga pilar pendidikan, yaitu pendidikan formal, nonformal dan informal jadi satu kesatuan.

"Betapa banyak anak-anak yang berada di sekolah unggulan tetapi jika tidak ditopang pendidikan di rumah mungkin cerdas tetapi tidak mempunyai karakter yang kuat," ujar Cecep ketika saya hubungi 15 Juli 2024.

Apalagi sekarang pendidikan sangat terbuka. Anak tidak boleh sekolah formal. Ada yang menempuh  homeschooling dan bisa masuk sekolah formal setelah ujian kesetaraan, termasuk juga mendaftar di perguruan tinggi.

Sekolah formal bukan satu-satunya  jalan menuju kesuksesan. Sekolah nonformal memberikan pendidikan karakter dan budi pekerti juga bisa menjadi sukses.

"Pendidikan nonformal juga bisa berupa Taman Baca.  Salah satu fungsi Taman Baca adalah  meningkatkan literasi numerik, literasi digita, literasi matematika soal bahasa," pungkasnya.

Irvan Sjafari

 

Sumber Foto:  https://yayasanalangalang.or.id/ 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun