Dulu aku pertama kali memasuki Ospek di kampus Fakultas Sastra UI berapa dekade lalu, salah satu lagu yang diberikan "kakak senior" ialah "We Shall Overcome" yang waktu itu saya bingung maksudnya apa.
Setelah lulus saya baru tahu bahwa lagu itu adalah lagu perjuangan anti perang, lagu perjuangan melawan penindasan terhadap rezim yang dipopulerkan oleh Joan Baez, penyanyi kesayangan senior saya almarhum Soe Hok Gie.Â
Sebetulnya lagu itu juga dinyanyikan Pete Seeger, tetapi karena Joan Baez adalah aktivis anti Perang Vietnam di Amerika Serikat, maka lagu itu lebih melekat pada dirinya.
Pada Februari 2023,  saya mengobrol dengan beberapa aktivis lingkungan hidup muda di kota Bandung  di sebuah tempat di daerah Setiabudhi.  Kami cemas akan keberadaan mata air di Kawasan Bandung Utara, yang terancam keserakahan komersialisasi.  Padahal  di masa depan air akan lebih berharga daripada emas.
Salah satu isi percakapan ialah apakah perlu ada sebuah partai yang fokus pada lingkungan hidup seperti Partai Hijau di Jerman atau bisa dilakukan oleh partai-partai politik yang ada, tetapi oleh legislator yang peduli pada isu lingkungan hidup dan keberlanjutan.
Pertanyaannya apakah mungkin Partai Hijau Indonesia yang memang ada menjadi partai yang kuat di Indonesia seperti koleganya di Jerman hingga paling tidak jadi kelompok penekan di parlemen?Â
Keberadaan Partai Hijau Indonesia setidaknya mengurangi laju kalau tidak bisa menghentikan deforestasi, melepaskan ketergantungan ekonomi pada sektor pertambangan, yang banyak dikritisi lebih banyak menimbulkan kerusakan terutama di masa depan, Â hingga menjadikan ekonomi hijau sebagai platform pembangunan.
Opsi kedua kaukus hijau di parlemen mungkin bisa melakukan hal itu? Pertanyaan di Dapilnya bisa nggak calon legislatordari partai yang berbeda ini, tetapi  mengusung isu hijau dan keberlanjutan itu meraih suara signifikan hingga lolos.
Kemudian mereka yang punya visi yang sama ini bekerja sama di parlemen untuk menggulirkan regulasi untuk kepentingan konstituennya yang resah pada kerusakan lingkungan, misalnya masyarakat adat di sejumlah daerah. Â Â
Pertanyaan, apakah calon-calon ini bisa menang di  Dapilnya terutama dari incumbent dari partai masing-masing? Apakah masalah lingkungan hidup  sudah dianggap penting di Indonesia?
"We Shall  Overcome!" cetus saya mengingat pada lagu yang menjadi salah satu ikon di kampus saya dulu.
Kendala di Indonesia untuk Partai Hijau
Leonard Simanjuntak, Â Country Director Greenpeace Indonesia Leonard Simanjuntak mengatakan sekalipun dia tidak terlalu mengikuti secara dekat Partai Hijau Jerman, tetapi mereka mempunyai platform ekonomi hijau.
Yang paling utama adalah dekarbonisasi sektor industri dan energi. Juga tentu saja yang kita kenal adalah membersihkan ekonomi Jerman dan Eropa dari deforestasi seperti melalui EUDR.
"Kalau saya tidak salah target NZE di Jerman adalah 2035 atau 2040. Tentu sangat ambisius dibanding Indonesia yang 2060.  Saat ini Partai Hijau Jerman menjadi bagian dari ruling coalition dengan SPD (Partai Sosial Demokrat)," kata Leonard ketika saya hubungi, 9 juli  2024 melalui Whatsapp.
Apakah Partai Hijau Jerman selalu selaras dengan konstituennya? Dalam semua fenomena politik ada core constituency yang menjadi basis pemilih Partai Hijau dan ada pemilih yang lebih loose yang naik turun dari waktu ke waktu.
Dalam Pemilu Jerman terakhir isu iklim menjadi isu electoral yang cukup sentral sehingga pemilih Partai Hijau meningkat. Tetapi dalam Pemilu Parlemen Eropa terakhir, isu electoral sentral beralih ke imigrasi.
Selain itu partai hijau kuat karena ada sejarah gerakan lingkungan hidup dan gerakan anti nuklir yang sangat kuat di Jerman, bahkan sejak Perang Dingin.
Sejak 20 tahun terakhir, tentunya isu iklim dan lingkungan sudah menjadi salah satu bahasan utama dalam diskursus politik di Jerman.
Bagaimana dengan di Indonesia? Â Di Indonesia saat ini tidak ada pertarungan ideologis lagi di antara partai-partai. Hampir semuanya adalah urusan kepentingan dan keuntungan politik jangka pendek. Dan hal ini pun kebanyakan diikuti oleh para pemilihnya.
Sementara gerakan lingkungan pada dasarnya sebuah gerakan yang ideologis, karena yang dituntut adalah perubahan-perubahan fundamental. Jadi sampai saat bisa dibilang ini belum ada  ruang untuk gerakan politik lingkungan yang ideologis dalam bentuk sebuah partai hijau yang signifikan.
"Sehingga memang basis Partai Hijau Indonesia masih sangat kecil yaitu beberapa komunitas dan NGO-NGO lingkungan yang mendukungnya," kata pria yang karib disapa Bang Leo ini.
Apakah sudah ada partai-partai yang memperdulikan soal lingkungan? Setidaknya di kalangan lesgislator?
Menurut Leo, memang ada kaukus hijau multi partai di DPR RI. Tapi masih sangat kecil dan pengaruhnya sangat terbatas atau hampir tidak ada.
Di platform banyak partai di Pemilu lalu dapat ditemukan referensi-referensi kepada pembangunan berkelanjutan, transisi energi, pengurangan emisi karbon dan sebagainya. "Tapi bisa dibilang tidak ada program politik yang kongkrit dari mereka sampai saat ini," imbuh Leo.
Sementara aktivis Partai Hijau Indonesia John Muhammad  membenarkan isu lingkungan kerap diabaikan oleh para  calon legislator. Bahkan waktu Pilpres kemarin perdebatan soal lingkungan hidup tenggelam.
"It is impossible mengharap rezim hari ini punya kesadaran krisis iklim karena  ditopang oleh oligarki berbasis pengusaha energi kotor. Intervensi sih terus kami lakukan tapi itu tak cukup, karena sifatnya responsif (pemadam kebakaran)," ujar John Muhammad ketika saya hubungi 1 Juni 2024 melalui whatsapp.
John Muhammad tidak yakin oligarki tidak paham krisis iklim. Mereka paham terutama terkait peluang bisnisnya, namun keliru menilai krisis iklim. Â
Sementara sukses Die Grunen (Partai Hijau Jerman) bisa besar karena proses panjang. Tapi hari ini mereka mengalami dilema serius dari kondisi konflik Ukraina  dan Palestina.
Krisis di Ukraina membuat mereka menggunakan kembali batu bara dan  Palestina membuat mereka terjebak trauma sentimen anti-semit. Meski begitu, sikap mereka tetap paling kritis di antara parpol di Jerman," ucap John Muhammad.
Kepada Balairung Press pada Februari 2024, John mengungkapkan sejarah  panjang partai hijau.  Sekitar 1998 bersama teman-temannya sesama pencinta alam membentuk partai hijau, namun terkendala waktu hingga tidak bisa ikut pemilu.
Kemudian pada 2004-2005 dia memprakasai membuat blok hijau lintas partai yang punya perhatian soal lingkungan hidup seperti yang dilakukan Cortez di Amerika Serikat membuat green deal. Â Namun ini pun gagal. Hingga pada 2012 John dan teman-temannya mendeklarasikan Partai Hijau Indonesia.
Sayangnya sistem politik di Indonesia menyulitkan Partai Hijau berkembang. Â Kawan-kawannya partai hijau di luar negeri dengan 500-1.000 anggota bisa ikut Pemilu. Â Sedangkan di Indonesia jumlahnya minima harus 13.000. Sementara Partai Hijau Indonesia sudah 3.000 anggota.
Sementara Tim peneliti  dari Pascasarjana Program  Ilmu Politik  Fisip Universitas Indonesia, Luthfi Hasanal Bolqiah dan  Riaty Raffiudin dalam tulisannya  "Dominasi Oligarki dan Ketidakhadiran Partai Politik Hijau di Indonesia" (2020) memberikan pandangan senada dengan John Muhammad.
Di satu sisi kalau tanpa partai atau dukungan parlemen, Â para aktivis lingkungan tidak mampu berhadapan dengandominasi oligarki yang menguasai pengelolaan sumber daya alam.
Sementara untuk mengikuti pemilu, Partai Hijau Indonesia Undang-undang Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik, di mana cabangnya harus 100% ada di provinsi, 75% di tingkat kabupaten 50%.Â
Selain itu partai hijau juga terhambat masalah batas sumbangan karena ada kenaikan maksimal menjadi  Rp7,5 miliar dari Rp3,5 miliar hingga menguntungkan partai besar.
"Jadi sulit untuk partai baru untuk mendapatkan modal," tulis para Peneliti.
Untuk Indonesia memang jalan untuk membentuk partai hijau yang kuat dan masuk parlemen sulit. Hal ini karena isu lingkungan belum banyak bisa ditangkap oleh masyarakat Indonesia. Kecuali di masa mendatang semakin banyak  generasi muda yang menyadari bahwa yang akan menuai akibat kerusakan lingkungan hidup adalah mereka.Â
Irvan Sjafari
Sumber Lain:
https://www.balairungpress.com/2024/02/john-muhammad-gaungkan-politik-hijau-di-indonesia/
" Dominasi Oligarki dan Ketidakhadiran Partai Politik Hijau di Indonesia" oleh Luthfi Hasanal Bolqiah, Riaty Raffiudin dari  Program Pascasarjana Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia dalam Nakhoda: Jurnal Ilmu Pemerintahan Vol. 19 No. 2 Tahun 2020 Halaman 151-167
Foto: Â https://www.hijau.org/berita/resolusi_ai_ggc_2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H