Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Lepas dari Kantong Plastik Sekali Pakai? Kalau Saya Sih "Yes"

3 Juli 2024   19:17 Diperbarui: 3 Juli 2024   19:31 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sarah Rauzana Putri-Foto: Dokumentasi Pribadi.

Dapatkah  Kita membebaskan diri untuk tidak menggunakan kantong plastik sekali pakai? Kalau pertanyaan itu diajukan pada diri saya sendiri: Saya bisa tidak menggunakan kantong plastik sekali pakai?  Saya jawab Yes.  Apa sulitnya memakai kantong belanja yang digunakan berkali-kali?

Saya pernah punya model tas yang bisa digunakan berkali-kali yang bisa dilipat kecil dimasukan dalam kantong  kecil yang bisa  digantungkan di leher seperti kalung jika tidak digunakan. Tas itu  hadiah dari kumpulan poin sebuah operator.

Sayang tas itu dipakai oleh orang rumah tanpa setahu saya dan hilang, padahal sangat efesien dari segi kekuatan dan daya muat. Rasanya mau marah, tetapi orang di rumah tidak ada yang mengaku di mana tas itu berada.  Kini saya sedang mencari tas seperti itu lagi hingga nggak perlu lagi bawa kantong plastik sekali pakai.

Saya perlu setidaknya dua kantong seperti ini, satu untuk pakaian (saya selalu bawa satu stel kalau berpergian) dan satu kalau harus berbelanja. Saya bawa satu tumbler untuk air minum ukuran 600 ml dan satu tempat bekal makanan yang bisa sekaligus tempat sendok dan garpu. 

Satu-satunya masalah terkait sampah plastik  bagi saya, ialah masih kecanduan saset kopi miks karena takarannya harus begitu dan biasanya minum di starling kalau di jalan di kota.  Saya butuh lima saset sehari agar bisa fit terus.  Untungnya saya tidak minum kemasan lain yang manis hingga kadar gula darah mencapai 127 dalam pemeriksaan. 

Jadi saya masih bertanggungjawab memberikan kontribusi sampah saset kopi miks.  Kalau ditanya mengapa kecanduan? Tanyakan juga pada pecandu rokok, mengapa bisa satu atau dua bungkus per hari.

Bagaimana dengan orang di rumah, ya masih masalah, karena mereka hanya merasa aman kalau belanja makanan jadi yang dibungkus dibawanya dengan bungkus plastik kresek.  Kantong belanja yang digunakan berkali-kali dianggap tidak seteril, kecuali untuk beli beras, telur dan kebutuhan  pokok.

Mungkin bisa dipecahkan dengan membawa rantang kosong.  Hanya bisa dibayangkan kalau datang ke rumah makan waralaba atau restoran Padang , Sunda, minta diisikan per rantang. Kalau saya sih tidak apa-apa dan masa bodoh dengan cemoohan orang. Cuma orang rumah mau nggak?

Namun saya ingin bilang semua itu mungkin.  Saya merindukan bungkus roti kembali pakai kertas, bungkus daging atau ikan pakai daun jati dan daun pisang-sayangnya stoknya terbatas karena lahan terus berkurang tinggal masukan ke dalam tas belanja guna ulang. Saya pikir orang Indonesia yang hidup hingga era 1970-an, baik-baik saja tanpa kantong plastik sekali pakai.

Saya kemudian menghubungi aktivis Gerakan Diet Plastik Indonesia, Raden Sarah Rauzana Putri yang mengatakan sebetulnya kita lepas dari kantong platsik kresek.  Orang yang hidup masa dahulu terbiasa bawa tas belanja bahkan di sejumlah daerah merupakan kearifan lokal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun