Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Ilmuwan UCR Ingatkan Hujan Tropis Meluas ke Utara, Ini Dampak pada Pertanian

30 Juni 2024   16:43 Diperbarui: 30 Juni 2024   16:49 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Umat manusia di masa mendatang mau tidak mau harus menyesuaikan diri terhadap perubahan iklim dan cuaca sebagai akibat emisi karbon yang tidak terkendali.

Sebuah studi dari tim ilmuwan dari Universitas California Riverside (UCR)  memproyeksikan bahwa hujan tropis bakal bergeser ke belahan utara atau tadi yang iklimnya subtropis dalam berapa dekade.

Pemicunya adalah peningkatan emisi karbon akan menggeser zona konvergensi antartropis (ITCZ) ke arah utara.  ITCZ adalah zona di mana angin pasat bertemu di dekat khatulistiwa. 

Pada zona ini sering terjadi hujan dan badai petir. Ini berubah secara musiman seiring dengan matahari dan dapat menghasilkan curah hujan per tahun di banyak lokasi tropis.

Dampak besar dan tidak akan baik-baik saja pada pertanian di negara-negara subtropis terutama yang dekat dengan daerah tropis dan pada gilirannya mengacaukan ekonomi.

Guru besar perubahan iklim dan keberlanjutan di Universitas California  Riverside  Wei  Liu  dalam situs UCR  menyampaikan pergeseran hujan ke utara didorong perubahan kompleks di atmosfer. 

Dalam laporannya di Nature Climate Change, 28 Juni, Liu menyebut keberadaan emisi karbon  berimbas pada pembentukan zona konvergensi antartropis. Zona-zona tersebut pada dasarnya adalah mesin atmosfer yang mendorong sekitar sepertiga curah hujan dunia.

Namun kawasan tropis di kedua sisi juga lebih terdampak, seperti kawasan utara Amerika Selatan dan negara di lautan Pasifik. Komoditas tanaman seperti kopi, kelapa sawit, pisang, tebu, teh hingga buah-buahan seperti mangga dan nanas juga terkena dampak, karena bergantung pada curah hujan.  Hal ini juga diungkapkan oleh  Whaeter Radar.  

Peneliti di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Edvin Aldrian ketika dikonfirmasi soal studi baru menyampaikan bahwa para peneliti iklim umumnya sudah menduga akan terjadi pergeseran ITCZ  baik ke utara maupun ke selatan, karena enginenya makin besar.

Bagaimana dengan dampaknya pada daerah tropis sendiri? Edvin menyebut seperti diakui pemerintah bis aterjadi heatstroke yang panjang.

Pemerintah harus melakukan antisiasi untuk mendukung petani bila terjadi musim panas yang lebih panjang atau sebaliknya musim hujan yang lebih panjang.  Tantangan memang semakin berat, tetapi harus dihadapi.

"Pilhan yang bisa dilakukan dengan penggunaan teknologi modifikasi cuaca. Begitu juga dengan teknologi  pompanisasi mengambil air dari bawah ke saluran irigasi, merupakan pilihan-pilihan. Perubahan musim tanam juga bisa jadi pilihan," ujar Edvin ketika saya hubungi, 30 Juni 2024.

Sementara  Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan  Jawa Barat Otong  Wiranta mengatakan belajar dari pengalaman 2023 di mana kemarau cukup panjang membuat jadwal musim tanam bergeser dari Oktober/November ke Desember.

"Begitu juga jadwal panen mundur dari Maret/April ke April/Mei," ucap Otong ketika saya hubungi, 30 Juni 2024.  

Mau tidak mau petani harus menyesuaikan diri dengan perubahan iklim, termausk juga kapan mulai musim tanam dan kapan mulai tanam. Semuanya bisa berubah.   KTNA Jabar meminta pemerintah memberikan informasi akurat soal perubahan iklim juka berdampak pada pertanian.

Namun dampak perubahan lingkungan yang lebih serius pada pertanian ialah pada hama padi.  Ketika Otong meninjau kawasan Sukamindi, Kabupaten Subang hama tikus menyernag padi yang baru ditanam dua hari.  Hal ini mengejutkan karena serangan tikus biasanya pada hari ke 20 hingga hari 35.

Dia membenarkan bahwa perkembanganbiakan tikus yang begitu cepat karena berkurangnya predator seperti ular  sawah dan burung hantu. Pihaknya mungkin akan mendirikan rumah burung hantu meniru keberhasilan di sejumlah daerah di Jawa Timur.  Hanya saat ini solusi pintas ialah para petani memburu tikus.

"Kami menggali sarang tikus dan memusnahkannya, targetnya dalam jangka pendek bisa mengurangi populasinya. Kami juga mengajakan petani dari daerah sekitar untuk ikut," imbuh Otong lagi.

Irvan Sjafari

Sumber Gambar: https://news.mit.edu/2012/study-shows-intensified-tropical-rainfall-with-global-warming-0917 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun