Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Jakarta Mendatang, Sebaiknya Tambah RTH, Urban Farming, dan Transportasi Massal

7 Juni 2024   19:22 Diperbarui: 8 Juni 2024   04:21 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pedestrian di Jalan Thamrin | Foto: genpi.co

Pedestrian di Jalan Thamrin | Foto: genpi.co
Pedestrian di Jalan Thamrin | Foto: genpi.co

Dukung Pedagang Kaki Lima dan Pasar Tradisional

Kelima, Kepala Daerah Jakarta mendatang memberikan banyak sentra pedagang kaki lima yang mudah diakses karyawan atau orang yang tingkat ekonominya seperti saya.  Seperti  di Jalan Sabang cukup bagus kok. Ada pedagang sate, nasi goreng, nasi gulai dengan harga terjangkau. 

Jadi, ketika saya turun dari perpustakaan Nasional bisa menemukan makanan yang enak dan lebih murah daripada kantinnya. Begitu juga di jalan kecil  dan trotoar di kawasan Salemba sepiring sate ayam (5 tusuk) dan nasi Rp15.000 serta nasi goreng, nasi gado-gado dengan harga sama sangat disukai pelajar dan pekerja yang punya budget terbatas.

Kalau perlu kuliner kaki lima ini  jangan dikenakan pungutan yang tinggi karena mereka menjadi katarsis untuk lapangan kerja dan juga makanan mereka yang penghasilannya kecil di tengah ekonomi yang sulit.  Buktikan bahwa Jakarta bukan hanya untuk orang kaya.

Hanya saja minta mereka untuk ikut berperilaku minim sampah, menyediakan tempat sampah dan menjaga kebersihan. Oh, ya Kepala Daerah Jakarta mendatang lebih menyediakan tong sampah jangan sampai orang sulit mencari tempat membuang sampah.

Keenam, perbanyak revitalisasi pasar tradisional jangan mal terus diperhatikan. Buatlah berkunjung ke pasar tradisional menjadi hal yang nyaman. Saya merindukan pasar tradisional Blok M tahun 1970-an yang bersih  nyaris seperti  M Bloc Space sekarang. Saya suka makan sate ayam di Restoran Jaya di ujung blok pasar itu  di udara terbuka. Sayang Blok M sekarang malah crowded.

Ubah citra pasar tradisional identik dengan becek, bisa kok. Kalau saya makan di dalam pasar tradisional seperti Cihapit Bandung menyenangkan kok, mungkin karena warung Mak Eha ya?  Kalau di Pasar Pondok Labu atau warung nasi kapau enak. Dulu. 

Jadi tidak usah mimpi membuat Jakarta seperti Singapura, New York atau Melbourne, prasyarat ke arah situ tidak terpenuhi terutama mindset yang lebih sulit daripada fisik. Misalnya disiplin mengantre, jangan meludah sembarangan, jangan merokok di area publik dan sebagainya. 

Selain itu pemerintah bereskan dulu kesenjangan sosial, secara nasional, pemerintah plus  pertanian (termasuk lingkungan hidup), pendidikan dan kesehatan, saya yakin masalah Jakarta akan ikut beres juga. 

Irvan Sjafari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun