Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Pegiat Lingkungan Kota Batu Rilis Data Mata Air untuk Keberlangsungan

3 Juni 2024   11:57 Diperbarui: 3 Juni 2024   12:57 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kota Batu mendapatkan anugerah  berupa tanah yang subur, iklim yang sejuk dengan mata air yang masih berkualitas hingga cukup menjadi daerah pertanian yang potensial.  Badan Pusat Statistik mengungkapkan Kota Batu mempunyai kekayaan hortikultura,  seperti apel dengan produksi 350 ribu kuintal pada 2021 ditambah dengan daerah Bumiaji sekira 349 ribu kuintal.  Begitu juga dengan produk jeruk memproduksi 303 ribu kuintal ditambah dengan Bumiaji 215 ribu kuintal.

Salah satu modal utama Batu menjadi kota pertanian sekaligus wisata adalah keberadaan mata air yang jumlahnya ratusan titik.  Khawatir bahwa suatu ketika mata air ini punah ditelan oleh derap pembangun yang tidak memperhatikan keberlangsungan, Masyarakat pelestari lingkungan hidup di Kota Batu melakukan pendataan berapa jumlah mata air sejak Oktober 2022 hingga Mei 2024.  

Kelompok yang tergabung dalam  Gerakan Kesadaran Terlibat - Sapu Bersih Sampah Nyemplung Kali (Sabers Pungli) mempublikasikan temuan mereka terdapat 277 titik mata air di Batu yang harus dipertahankan.

Tokoh budaya dan pelestari sungai  Achmad Rifai salah seorang inisiator ekspedisi menyampaikan data yang dikumpulkan selain nama lokal dan data lokasi, juga waktu survei hingga perkiraan debit  berupa liter per detikk hingga  status kepemilikan lahan.  Mereka juga mendata  luasan, juru kunci dan tokoh pemangku hingga adat budaya serta aturan yang berlaku.

Pria yang karib disapa Cak Mad Berlin ini mengatakan survei pertama pada Oktober 2022 di tiga titik, yaitu Ngesong Punten bumiaji,

Belik Tanjung Ngaglik dan Sumberjurang Cendana Dadaprejo.  Survei diawali dari area Sumber Torong Genting,  Kelurahan Temas menuju beberapa titik mata air disana.

Umumnya mata air digunakan untuk air kebutuhan rumah tangga dan fasilitas umum semisal masjid dan mussolah kampung selebihnya untuk irigasi pertanian.   Kondisi mata air umumnya masih  cukup baik karena adanya ritual adat dan masyarakat pengguna air.

"Hanya saja kami menghadapi kendala belum adanya aturan yang mengikatnya karena batas area dan lahan kepemilikannya banyak yang belum bersertifikat atau adanya aturan tentang tata guna lahan dan batas konservasi. Belum ada regulasi yang mengikat pemanfatan lahan yang ada mata airnya, " kata Mad Berlin ketika saya hubungi 2 Juni 2024.

Untungnya Kota Batu mempunyai masyarakat adat, kerap melakukan kegiatan ritual adat air.  Mata air menjadi titik sentrum prosesi ritual adat.  Mereka yakin airlah sum berkehidupan dan penyembuh peradaban maka sangat vital dalam memperlakukannya. Menurut Mad Berlin, Kota Batu adalah ruang air, maka harus dirawat. Jika tidak dirawat maka suatu ketika kan menjadi cerita belaka.

Hal lain yang harus dipikirkan oleh pengambil kebijakan  mata air di Kota Bau juga merupakan sumber air untuk Malang Raya. Namun belum adanya kesepakatan tentang konservasi dan penyelamatan bersama.

Mad Belin mengingatkan status kota wisata pada Batu bakan berbenturan dengan konservasi mata air jika aturannya tidak jelas untuk penggunaan kepentingan wisata.  Untuk itu diperlukan regulasi  di sekitar titik mata air termasuk melakukan pembatasan pengguaannya hingga bisa terjaga keberlangsungannya.

"Batu adalah daerah alung gunung berbicara debit tergantung elevasi tanahnya, namun tanpa adanya aturan dan perilaku masyarakat stakeholder dalam memanfaatkan air dengan rakus ya bencana pada akhirnya," kata Mad Berlin menegaskan.

Dia bersyukur anak muda Kota Batu  menunjukkan kepeduliannya dengan melakukan gerakan penanaman pohon di sekitar area mata air dan gunung serta sungai cukup.  Hanya saja gerakan penyelamatan sumber dikota manapun belum secara masif.

Sementara itu  Koordinator kegiatan ini, Doddy Eko Wahyudi ringkasan data tersebut telah dikirimkan secara resmi pada pertengahan Mei 2024 lalu kepada instansi yang bertanggungjawab  pada keberlanjutan sumber air. Badan-badan itu adalah  Balai Besar Wilayah Sungai  Brantas, PU SDA Jatim, BPDAS, Perum Jasa Tirta I, Wali Kota Batu dan jajarannya seperti Dinas PUPR, DLH, BPSDA, BPBD dan seluruh Lurah/Kepala Desa se-Kota Batu.

Temuan para pegiat lingkungan ini seharusnya membangun kembali optimisme bahwa Batu bisa menjadi kota berkelanjutan.  Pada 5 September 2022 seperti dikutip dari Kompas,  Direktur Utama Perumdam Among Tirto atau PDAM Kota Batu Edi Sunaedi menyatakan kekhawatirannya jumlah mata air berkurang.  Dia hanya mendapatkan data bahwa jumlah mata air hanya sekitar seratus titik. 

Bukan saja  mata airnya yang berkurang tetapi juga debetnya.  Sumber Darmi dulu itu 19,7 liter per detik, kajian pada 2021 hanya antara 14-16 liter per detik. Mudah-mudahan para penjalankan kebijakan di Kota Batu mendatang sadar bahwa  air di masa mendatang merupakan sumber alam yang lebih berharga daripada minyak bumi.

Irvan Sjafari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun