Kota Batu mendapatkan anugerah  berupa tanah yang subur, iklim yang sejuk dengan mata air yang masih berkualitas hingga cukup menjadi daerah pertanian yang potensial.  Badan Pusat Statistik mengungkapkan Kota Batu mempunyai kekayaan hortikultura,  seperti apel dengan produksi 350 ribu kuintal pada 2021 ditambah dengan daerah Bumiaji sekira 349 ribu kuintal.  Begitu juga dengan produk jeruk memproduksi 303 ribu kuintal ditambah dengan Bumiaji 215 ribu kuintal.
Salah satu modal utama Batu menjadi kota pertanian sekaligus wisata adalah keberadaan mata air yang jumlahnya ratusan titik. Â Khawatir bahwa suatu ketika mata air ini punah ditelan oleh derap pembangun yang tidak memperhatikan keberlangsungan, Masyarakat pelestari lingkungan hidup di Kota Batu melakukan pendataan berapa jumlah mata air sejak Oktober 2022 hingga Mei 2024. Â
Kelompok yang tergabung dalam  Gerakan Kesadaran Terlibat - Sapu Bersih Sampah Nyemplung Kali (Sabers Pungli) mempublikasikan temuan mereka terdapat 277 titik mata air di Batu yang harus dipertahankan.
Tokoh budaya dan pelestari sungai  Achmad Rifai salah seorang inisiator ekspedisi menyampaikan data yang dikumpulkan selain nama lokal dan data lokasi, juga waktu survei hingga perkiraan debit  berupa liter per detikk hingga  status kepemilikan lahan.  Mereka juga mendata  luasan, juru kunci dan tokoh pemangku hingga adat budaya serta aturan yang berlaku.
Pria yang karib disapa Cak Mad Berlin ini mengatakan survei pertama pada Oktober 2022 di tiga titik, yaitu Ngesong Punten bumiaji,
Belik Tanjung Ngaglik dan Sumberjurang Cendana Dadaprejo. Â Survei diawali dari area Sumber Torong Genting, Â Kelurahan Temas menuju beberapa titik mata air disana.
Umumnya mata air digunakan untuk air kebutuhan rumah tangga dan fasilitas umum semisal masjid dan mussolah kampung selebihnya untuk irigasi pertanian.  Kondisi mata air umumnya masih  cukup baik karena adanya ritual adat dan masyarakat pengguna air.
"Hanya saja kami menghadapi kendala belum adanya aturan yang mengikatnya karena batas area dan lahan kepemilikannya banyak yang belum bersertifikat atau adanya aturan tentang tata guna lahan dan batas konservasi. Belum ada regulasi yang mengikat pemanfatan lahan yang ada mata airnya, " kata Mad Berlin ketika saya hubungi 2 Juni 2024.
Untungnya Kota Batu mempunyai masyarakat adat, kerap melakukan kegiatan ritual adat air. Â Mata air menjadi titik sentrum prosesi ritual adat. Â Mereka yakin airlah sum berkehidupan dan penyembuh peradaban maka sangat vital dalam memperlakukannya. Menurut Mad Berlin, Kota Batu adalah ruang air, maka harus dirawat. Jika tidak dirawat maka suatu ketika kan menjadi cerita belaka.
Hal lain yang harus dipikirkan oleh pengambil kebijakan  mata air di Kota Bau juga merupakan sumber air untuk Malang Raya. Namun belum adanya kesepakatan tentang konservasi dan penyelamatan bersama.