"Inilho.Com dan Indonesia Raya.Com, media online dua bahasa. Yang pertama bahasa Indonesia dan yang kedua bahasa Inggris," jawabku. Kemudian aku memberikan kartu namaku pada mereka. Â "R" tertawa.
Hape aku berbunyi.  Telepon dari  Cicendo. Rupanya aku diminta pulang segera. Aku pamit.
"Jangan kahwatir. Kalau kita memang harus bertemu, ya bertemu. Percaya itu," katanya.
Malamnya memang aku di Cicendo menunggu rumah, Mama, Papa, adik-adik, sepupuku pada keluar melihat suasana tahun baru memakai dua mobil. Mungkin mereka ke Dago. Aku tidak peduli, hanya bersama Bibik. Malah asyik menulis diary tentang jalan-jalan hari ini di Bandung.
Hapeku berbunyi. Ada telepon masuk. "Assalamulaikum, Anak Jakarta!" ucapnya. Â Dari "R".
"Walaikumsalam Gadis Bandung," jawabku dengan gugup.
"Aku hanya bilang, kalau serius sama satu perempuan, ya bilang saja, tidak usah lama-lama. Abang ada yang serius, nggak di kantor? Atau sama siapa pun. Â Kalau main-main, jangan deh!"
"Aku memang milih-milih, aku ingin perempuan yang mendampingiku mandiri juga secara ekonomi dan pendidikan setara."
"Setuju bahwa perempuan harus mandiri, makanya aku kuliah di Psikologi. Dia juga anak kuliah kan? Abang masih mau main-main?"
Dia tahu rupanya, seperti punya telepati. Â "Asalamulaikum!" Dia menutup telepon. Nomornya setelah saya cek sebuah wartel. Mungkin di kawasan Kiara Condong.
                                             ****